Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja rata-rata reksadana berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) tahun ini masih oke, meski lebih rendah dari rata-rata return saham. Tapi, investor harus mewaspadai faktor eksternal dan volatilitas rupiah.
Merujuk data Infovesta Utama, secara year to date per 21 November 2016, reksadana dollar jenis saham membukukan rata-rata return 11,68%. Selanjutnya reksadana campuran dollar AS mencetak imbal hasil 7,23.
Sedang return reksadana pendapatan tetap sebesar 4,43%. Tapi return reksadana pasar uang minus 5,1%.
Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo mengungkapkan, dalam sebulan terakhir, sejatinya return reksadana dollar AS kompak merosot. Per 19 Oktober 2016, return reksadana saham dollar AS sejak awal tahun sempat mencapai 23,71%.
Sedang campuran mencapai 14,11% dan pendapatan tetap 6,35%. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS serta spekulasi kenaikan suku bunga The Fed Desember nanti memberi tekanan pada kinerja reksadana dollar AS.
Maklum, rupiah di pasar spot sempat menembus level Rp 13.800 per dollar AS. Yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun juga menggemuk ke 7,87% pada Selasa (22/11). Tapi secara umum, kinerja reksadana dollar AS tahun ini masih oke, kecuali reksadana pasar uang dollar AS.
Viliawati, Senior Research Analyst Infovesta Utama, menjelaskan, return reksadana dollar AS jenis pasar uang terpuruk karena mayoritas portofolio dialokasikan pada instrumen pasar uang berdenominasi dollar AS dengan return mini. Imbal hasil makin merosot karena BI agresif memangkas suku bunga.
"Tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) untuk valuta asing per November sebesar 0,75%," papar Vilia.
Bandingkan dengan LPS rate berdenominasi rupiah sebesar 6,25% per 17 November 2016. Toh, Vilia optimistis, hingga akhir tahun ini, return reksadana dollar AS berbasis efek ekuitas maupun surat utang masih akan tumbuh, meski ada tekanan dari sentimen global, khususnya kondisi di AS.
"Kenaikan suku bunga The Fed dan penguatan nilai tukar dollar AS dapat memicu outflow dari pasar modal domestik," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News