kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Mayoritas Mata Uang Asia Menguat Dalam Sepekan, Begini Prospeknya ke Depan


Senin, 05 Mei 2025 / 20:58 WIB
Mayoritas Mata Uang Asia Menguat Dalam Sepekan, Begini Prospeknya ke Depan
ILUSTRASI. Mayoritas mata uang di kawasan Asia kompak terangkat di tengah momentum pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mayoritas mata uang di kawasan Asia kompak terangkat di tengah momentum pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Analis menilai, penguatan valuta asing (valas) Asia ini masih akan berlanjut selama sejumlah sentimen global membaik.

Mengutip data Bloomberg, Senin (5/5) dolar Taiwan (TWD) menguat 7,7% dalam sepekan terakhir terhadap dolar AS ke posisi 29,9480. Won Korea juga meningkat 4,52% ke posisi 1.371,3200 per dolar AS dan ringgit Malaysia (MYR) terangkat 3,72% ke posisi 4,2013 per dolar AS.

Lalu, kurs rupiah (IDR) menguat 2,37% dalam sepekan ke posisi Rp 16.455 per dolar AS dan peso Filipina terangkat 1,17% terhadap dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, sejatinya apresiasi pada mata uang Asia didominasi sentimen pelemahan dolar AS. Tekanan ini tercermin pada penurunan indeks dolar (DXY), disebabkan oleh rilis data-data ekonomi AS yang menunjukan perlambatan ekonomi.

"Sehingga penilaian pasar mengenai exceptionalism ekonomi AS mulai memudar," kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).

Baca Juga: Indeks Dolar AS Naik Tipis, Pasar Dibayangi Ketidakpastian Ekonomi dan Perang Dagang

Dalam laporan terbaru menurut automatic data processing (ADP), data aktual pekerjaan sektor swasta di AS pada bulan April tercatat lebih rendah dari ekspektasi pasar ke 62 ribu pekerja. Adapun produk domestik bruto (PDB) AS untuk Q1-2025 menyusut 0,3% pada tingkat tahunan.

Menariknya, rupiah sebagai mata yang mengalami pelemahan paling dalam terhadap dolar AS justru terangkat dalam sepekan. Hal ini membuktikan bahwa pada akhirnya rupiah mampu memanfaatkan momentum pelemahan dolar dengan upaya otoritas moneter dan fiskal dalam menjaga stabilitas pasar.

"Tapi rupiah masih harus membuktikan konsistensi stabilitas domestiknya," ujar Josua.

Ke depan, Josua memandang pospek valas Asia tetap positif selama dolar AS masih berada dalam tekanan dan ekspektasi Federal Reserve (Fed) dovish. Meskipun secara taktis, de-eskalasi dapat mengurangi permintaan safe haven dan mendukung dolar AS, tetapi tekanan dalam jangka menengah, lebih berasal dari pelemahan fundamental AS.

"Seperti PDB negatif, inflasi yang landai, dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed hingga sekitar 75-100 bps sepanjang 2025," terang Josua.

Menurut Josua, dolar Taiwan (TWD) dan won Korea (KRW) menjadi mata uang Asia yang menarik untuk dilirik dalam jangka pendek, karena didorong oleh hedging dolar AS exposure dan sejumlah sentimen global. Adapun yen Jepang menjadi valas yang menarik dalam jangka panjang terhadap eskalasi global.

"Tetapi masih bisa volatil karena kebijakan bank sentral Jepang yang masih cenderung longgar," tambah Josua.

Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana bilang, depresiasi yen Jepang (JPY) terhadap dolar AS dipekan ini dipicu perlambatan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ). Hal ini seiring dengan penurunan laju inflasi Jepang.

"Jadi saya kira ini adalah bentuk lanjutan dari infalsi Jepang yang tertahan," tambah Fikri kepada Kontan.co.id, Senin (05/5).

Meski begitu, kurs yen Jepang telah terangkat signifikan sejak awal tahun 2025 dan dipandang sebagai mata uang safe heaven. "Sehingga menurut saya, mata uang ini masih cukup menarik untuk dikoleksi," ucap Fikri.

Baca Juga: Pergerakan Indeks Dolar Menunggu Data Ekonomi Utama Amerika

Fikri menambahkan, apresiasi pada mata uang dolar Taiwan (TWD) sedikit banyak dipengaruhi oleh ekspektasi pertumbuhan ekspor China yang akan tumbuh positif di tahun 2025. Salah satunya dilatarbelakangi sinyal de-eskalasi perang dagang antara China – AS.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, penguatan ini juga didorong oleh pelepasan obligasi AS secara bertahap yang dilakukan oleh pemerintah China. Meskipun penguatan masih tergolong terbatas, karena pada dasarnya fokus bank sentral China lebih kepada stabilitas mata uang dan daya saing.

"Perkembangan perang tarif masih memainkan peran kunci mengenai prospeknya ke depan," imbuh Lukman.

Selanjutnya: Turut Terimbas Efek Domino Kebijakan Trump, Ini Faktor yang Pengaruhi Aliran SBN

Menarik Dibaca: Sinopsis Spring of Youth, Drakor Romance Remaja Terbaru di Netflix

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×