Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Asia menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir. Penundaan tarif Trump memberikan angin segar bagi mata uang kawasan Asia.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memandang, kuatnya mata uang Asia terhadap dolar AS baru-baru ini sejalan dengan meredanya kekhawatiran seputar kebijakan tarif Trump. Presiden AS, Donald Trump telah menunda pengenaan tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada selama sebulan, melalui pengumuman di awal Februari 2025.
Alhasil, mata uang Asia kompak menguat terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data Tradingeconomics, per 7 Februari 2025, Yen Jepang (JPY) menjadi yang terkuat di hadapan dolar sekitar 2,39% untuk periode sepekan.
Baca Juga: Bank Indonesia Waspadai Kenaikan Inflasi Global sebagai Imbas Kebijakan Trump 2.0
Sementara itu, Ringgit Malaysia (MYR) 0,33%, Dolar Singapura (SGD) 0,17%, Won Korea (KRW) 0,18%, Chinese Yuan (CNY) 0,25%, serta Indonesia Rupiah (IDR) 0,36% terpantau menguat tipis dalam sepekan.
Selain faktor melemahnya dolar AS, Lukman menyoroti, Yen Jepang sendiri khususnya dipengaruhi sentimen prospek meningkatnya suku bunga Bank of Japan (BoJ). Bank sentral Jepang itu terakhir kali menaikkan suku bunga acuan dari 0,25% menjadi 0,5% pada 24 Januari 2025.
Yen Jepang menguat melewati level 152 per dolar, mencapai level tertinggi dalam hampir dua bulan. Kenaikan ini seiring dengan meningkatnya ekspektasi bahwa Bank of Japan akan terus menaikkan suku bunga di tahun 2025.
JPY berpotensi menyentuh level 140 di akhir semester I-2025, namun besar kemungkinan akan berbalik melemah di kisaran 150 karna selisih suku bunga BoJ dan the Fed yang masih cukup jauh akan terus mendukung carry traders.
CNY mungkin akan stabil di level saat ini di kisaran 0.72 - 0.73. Dengan catatan, apabila tidak ada eskalasi perang dagang dan tarif baru yang ditambahkan Trump. Sebelumnya, Trump telah mengenakan 10% untuk tarif impor dari China.
Baca Juga: Trump akan Umumkan Tarif Balasan terhadap Banyak Negara Pekan Depan
Sementara itu, Lukman melihat, mata uang Asia lainnya umumnya masih akan melemah, merespon kebijakan ekonomi Trump yang kemungkinan tidak akan bersahabat. Baht diperkirakan berkisar 35 - 36, MYR 4.4 - 4.5, sedangkan Rupiah diharapkan akan didukung oleh revisi PP DHE akan berkisar Rp 16.300 – Rp 16.600 di semester I-2025.
‘’Prospek mata uang Asia akan ditentukan oleh kebijakan Trump pada tarif, serta kebijakan lainnya yang kontroversi. Di luar itu, mata uang Asia juga akan bergatung pada ekonomi China dan stimulus-stimulusnya,’’ tutur Lukman.
Baca Juga: Bursa Saham Asia Mayoritas Menguat, Dolar AS Melemah
Selanjutnya: Kaji THR untuk Ojek Online, Pemerintah Diminta Lebih Hati-Hati Rumuskan Kebijakan
Menarik Dibaca: Mengenal Self-Leadership dengan Neuro Linguistic Programming
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News