Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor migas dinilai cukup bervariasi. Ada banyak sentimen dari dalam dan luar negeri yang akan mempengaruhinya.
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia menyebut sentimen global hingga kebijakan di dalam negeri yang dapat mempengaruhi kinerja dari para emitennya. Dari global, sentimen dari perang dagang, ketersediaan migas di sejumlah produsen migas, hingga masih adanya sejumlah tensi geopolitik. Dari dalam negeri, datang melalui kebijakan pemerintah.
"Misalnya, adanya pembatasan ekspor pada dasarnya baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri jika dilihat dari sisi makro, tetapi secara bisnis apakah potensi pasar yang berkurang dari penjualan ekspor dapat tergantikan dengan kebutuhan di dalam negeri, sehingga harus dipertimbangkan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (9/2).
Baca Juga: BRI Danareksa Sekuritas Beri Pandangan Netral Sektor Migas di 2025, Simak Ulasannya
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas sependapat bahwa potensi penangguhan ekspor gas alam akan berdampak positif ke emiten dengan fokus pada pasar domestik. Sebab, alokasi gas alam akan lebih banyak tersedia untuk pasar dalam negeri.
"Selain itu potensi kenaikan harga gas domestik juga dapat meningkatkan pendapatan emiten," sebutnya.
Katalis pendukung lainnya dari adanya dukungan kebijakan pemerintah untuk peningkatan eksplorasi hulu migas. Menurutnya, hal itu memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi industri migas dan perekonomian nasional.
"Namun, tantangan-tantangan yang ada juga perlu diatasi agar potensi tersebut dapat direalisasikan secara optimal," sambungnya.
Baca Juga: Optimistis, Ini Rekomendasi Saham dan Proyeksi Elnusa (ELSA) pada Kamis (6/2)
Di sisi lain, katalis penekan datang dari penurunan harga minyak dan gas alam. Sebab, bisa berdampak negatif terhadap kinerja dan harga saham emitenya.
Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak dan gas alam global cenderung tertekan. Harga minyak WTI berada di US$ 71 per barel atau turun 1% sejak awal tahun, sementara gas alam turun 8,92% sejak awal tahun ke US$ 3,31.
Oleh sebab itu, Sukarno berpandangan untuk wait and see dalam jangka pendek untuk sektor migas. Untuk jangka menengah Sukarno menilai bisa hold MEDC dan PGAS, masing-masing target harga Rp 1.170 dan Rp 1.670.
"Selain valuasi, secara teknikal ada peluang," katanya.
Adapun Reza menjagokan MEDC, PGAS, RAJA, ENRG, dan ELSA. Adapun target harga MEDC di Rp 1.100; PGAS Rp 1.700; RAJA Rp 3.800; ENRG Rp 212; dan ELSA Rp 460.
"Sebab, masih terjaganya kinerja dan likuiditas sahamnya yang banyak ditransaksikan oleh para pelaku pasar," imbuhnya.
Tonton: Kejatuhan Saham-Saham Emiten Prajogo Pangestu di Tengah Manuver Tak Biasa MSCI
Selanjutnya: Menilik Alokasi Investasi Sejumlah Perusahaan Asuransi Jiwa
Menarik Dibaca: 10 Makanan yang Sehat bagi Penderita Diabetes agar Tubuh Tidak Lemas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News