Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi lepas saham investor asing dari saham emiten bank-bank kakap di tanah air membuat tren harga saham emiten perbankan yang masuk indeks Kompas 100 terus terkoreksi sejak awal tahun 2025 secara year to date.
Meski begitu, beberapa saat tren saham emiten bank-bank kakap ini kembali menguat. BBRI misalnya pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (7/2) saham BBRI menguat 1,51% di level Rp 4.030, setelah selama sepekan terkoreksi 5,18%. Di sisi lain secara year to date, saham BBRI telah terkoreksi 1,23%.
Selanjutnya saham BMRI ditutup menguat 0,98% pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu ke harga Rp 5.150, setelah selama sepekan terkoreksi 11,21%. Sementara secara year to date telah terkoreksi 9,65%.
Sementara BBTN ditutup di zona merah terkoreksi 0,52% ke level Rp 965 pada Jumat lalu, setelah sepekan juga masih berada di zona merah atau terkoreksi 4,46%.
Baca Juga: Pilih-Pilih Saham Perbankan di Tengah Tren Penurunan, Cermati Rekomendasi Berikut
Lain hal dengan tren BRIS ditutup menguat 4,86% di level Rp 3.020 pada penutupan perdagangan Jumat lalu. Selain itu BRIS tetap bertahan di zona hijau menguat 3,42% selama sepekan.
BBCA sendiri menguat 4,47% di harga Rp 9.350 pada penutupan perdagangan Jumat lalu, setelah selama sepekan tren sahamnya stagnan. Sementara secara Ytd saham BBCA telah terkoreksi 3,36%.
Melihat tren tersebut, Head Online Trading BCA Sekuritas, Achmad Yaki menilai hal ini terjadi karena adanya tekanan Foreign Outflow yang masih besar pada saham-saham emiten bank tersebut.
Baca Juga: BBCA dan BREN Teratas, Intip Saham yang Banyak Dikoleksi Asing di Akhir Pekan
Meski begitu, Yaki menilai emiten bank-bank kakap khususnya bank BUMN seperti BBRI, BBNI, dan BMRI masih memiliki bisnis yang kuat, dan tentunya pemerintah dalam hal ini BUMN tidak akan membiarkan kinerja bank-bank tersebut menurun karena kontribusi dari setoran dividennya ke kas negara cukup besar.
“Karena dividen BUMN, di 2023 setoran dividen BUMN sekitar Rp 82,1 triliun dan hingga oktober 2024 perkiraan setoran dividen sudah mencapai Rp 79,7 triliun dengan target Erick Tohir yang pede bisa menembus Rp 90 triliun dalam setahun penuh,” ungkap Yaki kepada Kontan, Minggu (9/2).
Yaki meyakini, dengan Menteri BUMN yang sama, potensi kinerja BUMN khususnya segmen perbankan masih akan baik meski kondisi perekonomian masih kurang bergairah.
Adapun 10 emiten bank besar yang menurut Yaki masih memiliki PBV yang cukup murah di antaranya ada saham BMRI, BBNI, BBCA, BBRI, BDMN, BNGA, BJBR, BBTN, BRIS, dan PNBN.
Yaki merekomendasikan trading buy untuk saham BBCA dengan target terdekat Rp 10.250, dan hold saham BBRI dengan target Rp 4.400, sementara saham BBNI direkomendasikan buy di harga Rp 6.075. Lainnya saham BMRI rekomendasi buy dengan target Rp 7.250, dan BBTN buy dengan target Rp 1.700, dan buy BJBR di harga Rp 1.450.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta membenarkan kalau kinerja harga saham perbankan sudah berada di bawah nilai wajar.
“Ini bisa dicermati untuk akumulatif buy, karena prospek dari emiten bank itu sendiri kedepannya adalah pertumbuhan kredit, tapi seperti apa tentu didukung oleh stabilitas ekonomi yang lebih optimal, sehingga memicu pemrintaan kredit,” ungkap Nafan kepada Kontan.
Nafan menyebut, kebijakan Bank Indonesia dalam pelonggaran moneter kedepan tentu akan memberikan manfaat terhadap industri perbankan, sehingga dapat memperkuat likuiditas perbankan tanah air, tentu efeknya adalah potensi meningkatkan pertumbuhan kredit.
Nafan merekomendasikan untuk akumulatif beli saham BRIS dengan target harga Rp 3.350, saham BBRI rekomendasi beli saat lemah dengan target Rp 4.160, BBNI beli saat lemah dengan target Rp 4.510, BBCA beli saat lemah dengan target Rp 9.525.
Baca Juga: Saham BSI (BRIS) Capai Harga Tertinggi di Tahun 2025
Selanjutnya: IHSG Merosot, Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Asing Sepekan Terkahir
Menarik Dibaca: Mengenal Self-Leadership dengan Neuro Linguistic Programming
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News