Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja reksadana saham masih berada di bawah tekanan. Berdasarkan data Infovesta pada paruh pertama, kinerja reksadana saham terkoreksi 2,95%.
Meski begitu, masih ada produk reksadana saham yang mencetak return mencapai dua digit. Salah satunya HPAM Tactical Equity yang mencatat return hingga 10,25% sepanjang semester I – 2025.
Head of Business Development Division HPAM, Reza Fahmi mengatakan, memasuki semester II tahun 2025, prospek reksadana saham mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah melalui paruh pertama yang cukup menantang. Optimisme mulai tumbuh seiring ekspektasi terhadap laporan keuangan emiten kuartal III yang diharapkan lebih solid.
“Sentimen positif juga datang dari potensi penurunan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia, yang dapat mendorong arus dana masuk ke pasar saham domestik,” ujar Reza kepada Kontan, Jumat (18/7).
Baca Juga: Menilik Perbaikan Kinerja Reksadana Saham Syariah, Bagaimana Prospeknya?
Dalam konteks ini, Reza menjelaskan strategi pengelolaan menjadi kunci. HPAM Tactical Equity, salah satu produk unggulan dari Henan Asset Management, berhasil mencatatkan kinerja impresif dengan return sebesar 13,41% pada Mei 2025 dan 25.30% secara year-to-date per 17 Juli 2025.
Strategi yang diterapkan HPMA berfokus pada pemilihan saham dengan fundamental kuat, prospek jangka panjang, serta manajemen risiko yang adaptif terhadap dinamika pasar. Prinsip Kami dalam mengelola portofolio menekankan pada pertumbuhan berkelanjutan dan responsif terhadap perubahan sentimen.
“Secara sektoral, portofolio HPAM Tactical Equity didominasi oleh sektor finansial dan energi,” ucap Reza.
Ia bilang, perbaikan kinerja sektor energi dalam beberapa bulan terakhir memberikan kontribusi signifikan terhadap return produk ini. Sementara itu, sentimen positif terhadap sektor finansial turut memperkuat posisi portofolio.
Menjawab pertanyaan mengenai reksadana saham dengan bobot tinggi terhadap IHSG, Reza mengatakan, produk-produk berbasis indeks seperti IDX30 atau LQ45 memang memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi investor yang menginginkan eksposur terhadap saham-saham berkapitalisasi besar. Namun, perlu dicermati bahwa kinerja indeks tersebut sempat tertekan di semester I.
“Kedepan, jika pemangkasan suku bunga benar-benar terealisasi dan sentimen pasar membaik, maka reksadana berbasis indeks bisa kembali menjadi pilihan yang menarik,” terang Reza.
Baca Juga: Reksadana Saham Masih Pimpin Imbal Hasil Tertinggi Pekan Ini, Cermati 5 Terbaiknya
Lebih lanjut Reza mengatakan, katalis yang berpotensi mendukung kinerja reksadana saham ke depan antara lain pemulihan ekonomi global dan domestik, yang akan mendorong pertumbuhan laba emiten.
Kemudian, penurunan suku bunga, baik secara global maupun lokal, yang dapat meningkatkan daya beli, investasi dan menjaga nilai tukar rupiah agar stabil.
Berikutnya, stabilitas politik dan kebijakan fiskal. Serta arus dana asing, yang mulai menunjukkan tren masuk kembali ke pasar saham Indonesia.
“Dengan kombinasi strategi yang tepat dan pemilihan sektor yang prospektif, reksadana saham tetap memiliki peluang untuk memberikan imbal hasil yang kompetitif di semester II-2025,” jelas Reza.
Sementara itu, Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto mengatakan, jika laporan kinerja emiten yang keluar di kuartal III-2025 positif, maka kinerja reksadana saham berpotensi naik. Namun, jika rata-rata kinerja emiten masih masih stagnan atau turun, sebagaimana yang terjadi pada paruh pertama 2025, maka akan menghambat kinerja reksadana saham.
Menurutnya, bagi investor agresif dapat memilih reksadana saham sekitar 50% - 70%. Sisanya, bisa ditempatkan di jenis reksadana lainnya.
Selanjutnya: Tarif AS Turun Jadi 19%, Dampaknya ke Ekonomi Tak Langsung Terasa
Menarik Dibaca: Cadbury Dairy Milk Gandeng Enhypen Rilis Cokelat Susu Klasik dengan Resep Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News