kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja industri semen tahun ini diproyeksikan lebih kencang dari tahun lalu


Jumat, 11 Januari 2019 / 18:50 WIB
Kinerja industri semen tahun ini diproyeksikan lebih kencang dari tahun lalu


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 2018 volume penjualan emiten semen sesuai dengan target yang telah ditetapkan perseroan. Rata-rata emiten semen menargetkan volume penjualan di 2018 dapat tumbuh dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Ambil contoh INTP, Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Maria Renata Analis Dana Reksa Sekuitas, hingga Desember INTP berhasil mencatatkan volume penjualan 1,5 juta ton atau naik 1,8% secara year on year, sehingga secara kumulatif pada tahun lalu volume penjualan semen INTP mencapai 17,7 ton atau naik 6% secara year on year dari tahun 2017.

"INTP membukukan volume penjualan semen domestik di 18 Desember sebesar 1,5 juta ton, meningkat 1,8% secara year on year. Wilayah, penjualan semen di Jawa hanya naik 1,3% secara year on year, sementara penjualan di luar Jawa meningkat 3,4% ," ujar Maria dalam risetnya yang dirilis pada (10/1).

Saat dikonfirmasi oleh Kontan.co.id,  Antonius Marcos, Sekertaris perusahaan membenarkan riset tersebut, "Untuk sales volume Desember kami mencapai 1,5 juta ton, ini menyebabkan total penjualan kami selama 2018 mencapai 18 juta ton atau lebih tinggi 6% dari 2017 lalu, dan mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan konsumsi nasional sebesar 5%," katanya.

Selanjutnya SMGR pada 2018 menargetkan volume penjualan dapat tumbuh 5% hingga 6%, Sekerteris perusahaan SMGR Agung Wiharto mengatakan,  secara keseluruhan volume penjualan SMGR tahun kemungkinan bisa mancapai sebesar 5%.

"Secara total volume penjualan kita tahun 2018 tumbuh sekitar 5%, itu masih perkiraan berdasarkan total penjualan hingga November, dalam waktu dekat ini kita akan informasikan segera" kata Agung. Namung Agung tidak bisa menjelaskan secara rinci terkait volume penjualan dan proyeksi kinerja di tahun ini dan tahun sebelumnya.

Sementara Menurut Bastoni Corporate Sekertaris SMBR hingga tahun 2018, SMBR mencatatkan volume penjualan sebesar 2,178 juta ton atau tumbuh 24% dari tahun sebelumnya, akan tetapi berdasarkan catatan kontan sebelumnya SMBR menargetkan volume penjualan semen 2,3 juta ton.

Valdy Kurniawan analis Phintacro Sekuritas mengatakan, jika perusahaan mampu mencapai target menandakan kinerja perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, akan tetapi investor harus mencermati apakah target tersebut pernah direvisi di tahun 2018, jika pernah artinya ada penurunan ekspektasi terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Dia memprediksi pada tahun ini, emiten semen prospeknya akan jauh lebih baik. Menurutnya, anggaran infrastruktur sudah masuk dalam APBN 2019 dan nilainya kembali naik dari 2018, selain itu proyeksi nilai tukar rupiah dan suku bunga acuan yang lebih stabil di tahun 2019 dapat mendorong perbaikan sektor properti yang menjadi salah satu konsumen terbesar emiten semen.

Sementara itu, Analis Sukarno Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, di tahun 2019 emiten di sector basic industry masih dibayangi over supply, namun sejatinya sektor konstruksi dan infrastruktur bisa positif sehingga sector basic industry juga dapat mengikuti.

"Sektor konstruksi dua bulan terakhir mengalami kenaikan, itu artinya seharusnya sector basic industry juga mengikuti. Kemudian sentimen positif lainnya harga batu bara yang diproyeksikan akan turun jika dibandingkan tahun lalu, karena salah satu cost perusahaan yang berasal dari batu bara," jelasnya.

Menurutnya, semua emiten yang bergerak dibidang semen tahun ini akan lebih positif, hanya saja yang paling menarik adalah SMCB dan SMGR, alasannya karena SMGR akan mengakusisi SMCB.

"Pasca akuisisi diharapkan akan meningkatkan produksi dan pangsa pasar di domestik serta mempermudah dalam hal distribusi, karena SMCB mempunyai pabrik di Jawa Barat sedangkan SMGR tidak," jelasnya.

Selanjutnya dia menilai fundamental SMGR juga bagus, hal ini dilhat dari rasio Net Profit Margin (NPM) priode sembilan bulan pertama tahun lalu sebesar 9% di atas rata-rata industri yang notabennya sebesar 6%.

Price Earning juga masih rendah yakni 26 kali atau di bawah rata-rata industry yaang berada dikisaran 65 kali, sementara Price to slaes dikisaran 2,3 kali atau di bawah industri di 3,2 kali. Dengan pertimbangannya tersebut, Sukarno merekomendasikan buy SMGR dengan target price Rp 13.950 hingga jangka panjang.

Sementara itu, SMCB ditahun ini diprediksinya akan lebih prospektif dari tahun 2018 sebab pangsa pasar SMBR selalu mengalami peningkatan sehingga pada tahun ini kinerja SMBR diproyeksi lebih membaik didukung sentimen positif dalam domestik tahun ini, yang dapat mendongkrak kinerja perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×