Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) masih belum menggembirakan pada tahun 2024 ini. Hal itu karena HMSP akan mendapatkan tekanan dari penjualan akibat kenaikan cukai rokok 10% yang berdampak pada penurunan daya beli konsumen.
Direktur HM Sampoerna Elvira Lianita belum bisa memberikan gambaran soal kinerja HMSP karena tengah dalam tahap pengkajian dan perencanaan. Meskipun begitu, ia menuturkan, dari sisi kinerja bisnis, tahun ini perseroannya menargetkan pendapatan dan laba yang realistis.
"Kami belum bisa memberikan informasi yang lebih banyak terkait prospek kinerja HMSP di tahun ini, semuanya masih wait and see," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1).
Di sisi lain, Elvira membatah kabar terkait perseroannya yang diduga keberpihakannya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya disampaikan oleh Garibaldi Thohir atau Boy Thohir.
Baca Juga: Kinerja HM Sampoerna (HMSP) Diproyeksi Masih Tertekan, Simak Rekomendasi Analis
Dia menyampaikan, sehubungan dengan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang, Sampoerna bersikap netral dan tidak memihak pada paslon tertentu.
"Kami menghormati semua paslon berikut visi dan misinya. Kami juga mendukung prinsip-prinsip demokrasi serta berkomitmen menerapkan tata kelola perusahaan yang baik," ujar Elvira.
Elvira juga menegaskan bahwa Sampoerna mengikuti prinsip Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. "Dengan demikian, Perusahaan tidak akan memaksa karyawan untuk memilih paslon tertentu," kata dia.
Selain itu, dia juga menjelaskan, HM Sampoerna adalah perusahaan tembakau yang mayoritas sahamnya secara tidak langsung dimiliki oleh Philip Morris International sejak tahun 2005 dan merupakan entitas yang berbeda dengan Sampoerna Strategic Group.
Selaras dengan hal tersebut, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai bahwa pada awal tahun ini kemungkinan kinerja HMSP akan mendapat tekanan dari penjualan karena adanya kenaikan cukai, dan kondisi masyarakat yang mungkin masih perlu menyesuaikan dengan daya beli.
Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP) Membantah Kabar Soal Keberpihakan pada Paslon Prabowo-Gibran
"Jika dibebankan ke konsumen secara penuh tentu berpotensi terjadi down trading atau beralih ke rokok yang lebih murah seperti pengalaman 2-3 tahun lalu. Sehingga ini masih perlu kita lihat dulu sejauh mana dampaknya pada laporan kuartal pertama," ujar Pandhu kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1).
Menurut Pandhu, sektor rokok termasuk HMSP, memiliki bisnis yang kurang mendapat dukungan dari pemerintah, lantaran cukai terus dinaikkan dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi rokok. Oleh karena itu, sektor ini dianggap akan sulit untuk tumbuh kencang.
Selain itu, dia menilai bahwa secara sektoral memang untuk sektor consumer ini masih relatif minim pergerakan sahamnya, dan sektor consumer memiliki karakter defensif yang biasanya cenderung bergerak ketika indeks atau Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG) justru sedang melemah karena terdapat rotasi sektor.
"Namun, secara profitabilitas sebenarnya saham HMSP masih cukup lumayan bagus, di mana ROE stabil diatas 20%, bahkan diperkirakan bisa mencapai 28% untuk tahun 2023," kata dia.
Tak hanya itu, Pandhu memprediksi, laba bersih juga diperkirakan masih bisa tumbuh 30% secara year on year (YoY). Namun demikian, sejauh ini jika dilihat secara teknikal, HMSP cukup menarik karena berada di area support meski belum ada tanda-tanda untuk mulai rally.
Baca Juga: Momentum Pemilu Berpotensi Kerek Kinerja HM Sampoerna (HMSP), Cek Rekomendasi Analis
Dengan begitu, Pandhu merekomendasikan untuk mengkoleksi saham HMSP dengan range kisaran Rp 860 - Rp 880 per saham, target penguatan terdekat Rp 920 per saham. "Jika ada pergerakan yang lebih kuat, diperkirakan bisa mencapai level Rp 1.000 per saham," ujar Pandhu.
Sementara itu, Senior Vice President, Head of Retail, Product Research and Distribution Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan menilai, prospek kinerja HMSP belum bisa bertumbuh signifikan jika penurunan saham sering terjadi di tahun ini. Pasalnya, saham emiten rokok tersebut sudah mengalami penurunan dalam sebulan dan sepekan ini.
Dia mengatakan, penurunan harga saham HMSP dalam satu bulan terakhir dan sepekan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor termasuk kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar rata-rata 10% per tahun pada tahun 2023 dan 2024. Namun, menurutnya HMSP masih memiliki prospek yang menarik di masa depan.
Baca Juga: Prospek HM Sampoerna (HMSP) Diprediki Cerah, Cermati Rekomendasi Analis
"Pada semester I-2023, HMSP mencatat penjualan sebesar Rp 26,97 triliun, naik 2,5% YoY, dan laba bersih sebesar Rp 4,8 triliun, naik 12,79% YoY," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1).
Meskipun demikian, ia memperkirakan bahwa kinerja HMSP di akhir tahun 2023 masih akan tertekan. Oleh karena itu, Pandhu merekomendasikan untuk tetap mempertahankan saham HMSP (hold) sambil memantau perkembangan kinerja terbaru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News