Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual produk rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) masih berpotensi naik di sisa tahun 2023. Kondisi perekonomian yang lebih baik akan mengangkat daya beli, sehingga jadi momentum penyesuaian harga jual.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Putu Chantika Putri memaparkan, HMSP mencatatkan penurunan volume penjualan sebesar 40,5 miliar batang atau lebih rendah 4,3% di semester I 2023. Lesunya penjualan HMSP sejalan dengan penjualan secara industri yang tercatat sebesar 141 miliar batang atau lebih rendah 5,6%yoy per semester I 2023.
Walaupun demikian, pangsa pasar HMSP justru meningkat menjadi 28,7% pada semester I 2023 dibandingkan 28,3% di semester I 2022 terutama berkat kontribusi segmen SKT. Hal itu terkonfimasi berdasarkan data Philip Morris International yang melaporkan kontribusi segmen di bawah Tier-1 telah bertumbuh mencapai 40% dari total volume industri.
Baca Juga: Segmen Produk Lebih Murah jadi Mesin Pertumbuhan HM Sampoerna (HMSP)
Putu berujar, penurunan volume penjualan untungnya diimbangi oleh harga jual yang tinggi, sehingga masih mampu mendorong tumbuhnya pendapatan. HMSP telah meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) sekitar 9%yoy sehingga membawa pendapatan kumulatif Rp 56,2 triliun yang naik 5%yoy pada paruh pertama 2023.
Ke depan, HMSP diharapkan lebih percaya diri dalam meningkatkan harga jual produknya di paruh kedua tahun ini. Daya beli yang kuat didorong oleh beragam kegiatan jelang periode pemilihan umum (pemilu) dapat menjadi momentum bagi HM Sampoerna untuk naikkan harga jual.
“Harga jual rata-rata produk HMSP saat ini memang sedikit lebih rendah dibandingkan kompetitor,” ungkap Putu kepada Kontan.co.id, Selasa (12/9).
Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya mengamati, naiknya pamor segmen produk Sigaret Kretek Tangan (SKT) naik karena industri rokok tengah mengalami downtrading. Daya beli yang rendah menyebabkan perpindahan konsumsi perokok ke produk dengan cukai dan harga yang lebih murah.
HMSP mengungkapkan memang produk SKT lebih diminati karena kenaikan cukainya lebih rendah dibandingkan kenaikan cukai rokok buatan mesin. Kenaikan tarif cukai rokok rata-rata 10% pada tahun 2023-2024, sementara khusus tarif cukai jenis SKT kenaikan maksimum hanya 5%.
Hal itu tercermin dari pendapatan kategori produk SKT sebesar 26,1%yoy di paruh pertama 2023 dengan kontribusi sekitar 27% terhadap total pendapatan HMSP. Sebaliknya, pendapatan pada kategori Sigaret Kretek Mesin (SKM) justru turun sekitar 0,9% yoy yang berkontribusi 62% terhadap total pendapatan.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Teknikal untuk UNVR, HMSP, MEDC pada Rabu (26/7)
Para produsen butuh meningkatkan harga jual guna meredam penurunan profitabilitas karena penerapan tarif cukai rokok yang lebih tinggi oleh pemerintah. Hanya saja, Christine menilai penerapan tarif cukai tinggi kurang begitu efektif menekan prevalensi perokok di Indonesia.
“Efek dari tingginya penyesuaian harga jual justru menyebabkan peredaran rokok ilegal kian masif,” ucap Christine saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/9).
Putu turut melihat adanya peningkatan produk ilegal. Pemerintah sendiri telah menggulirkan Operasi Gempur 2023 sebagai bagian dari upaya optimalisasi penerimaan negara dan mengurangi peredaran rokok ilegal hingga 3%.
Tren terkini menunjukkan peningkatan peredaran rokok ilegal yang tercermin dari penyitaan sekitar 15,8 juta batang rokok dari 471 presekusi pada bulan Mei-Juni, lebih tinggi dari 14,7 juta batang rokok ilegal yang disita selama periode Januari - April 2023.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Melemah, Intip Rekomendasi Saham BRI Danareksa untuk Senin (26/6)