Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski terhitung rebound, namun harga platinum tetap merangkak di level terendahnya sejak 2008 silam. Tekanan bagi harga komoditas logam mulia ini memang tinggi setelah kepercayaan pasar yang semakin rontok.
Mengutip Bloomberg, Jumat (13/11) pukul 15.05 WIB harga platinum kontrak pengiriman Januari 2016 di New York Mercantile Exchange naik tipis 0,20% ke level US$ 878,10 per ons troi. Harga ini sedikit terangkat dari hari sebelumnya yang menyentuh level terendah sejak 2002 silam. Dalam sepekan terakhir pun harga sudah tergerus 6,52%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjabarkan dengan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed yang semakin di depan, pelaku pasar memilih untuk melepas asetnya di logam mulia. Termasuk di platinum. Dikutip dari Bloomberg, capital outflow yang terjadi di exchange-traded fund mencapai US$ 1 miliar
Berdasarkan laporan ETF, secara harian pengurangan aset platinum sebesar 850 ons troi dan dalam sepekan terakhir menyusut 23.576 ons troi atau sekitar 1,6%. “Bagi platinum tekanannya memang paling besar setelah terpapar sentimen negatif dari skandal Volkswagen,” kata Andri.
Sebabnya, karena skandal ini diramalkan permintaan terhadap mesin diesel akan melorot signifikan. Ini tentunya akan berimbas pada permintaan platinum yang mana 44% penggunaan platinum bergantung dari otomotif.
Tekanan itu sudah terlihat setelah data produksi industri China Oktober 2015 jatuh ke level terendahnya sejak 2008 silam atau ada di level pertumbuhan 5,6%. Keadaan diperkeruh dengan masih lesunya ekonomi Eropa yang berupaya untuk melakukan perpanjangan stimulus. '
“Jadi kenaikan harga Jumat (13/11) ini karena sedikit tenangnya pasar setelah Gubernur The Fed, Janet Yellen tidak mengungkit perkara suku bunga di pidatonya,” jelas Andri. Hal ini dimanfaatkan komoditas untuk mengambil posisi sebelum prospek yang kembali jatuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News