Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek harga logam mulia masih menjanjikan, seiring dengan ketidakpastian geopolitik dan perdagangan global. Kendati, fluktuasi dalam jangka pendek tetap bersandar pada perkembangan ekonomi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot sudah naik lebih dari 1% dalam sepekan. Per Senin (14/7) harga emas bertengger di level US$ 3.371 per ons troi. Sedangkan harga perak berada di level US$ 39,04 per ons, melesat 6,20% dalam sepekan.
Lukman Leong, analis Doo Financial Futures menilai, saat ini fokus pasar tertuju pada perkembangan tarif yang kembali menghangat usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan sepihak mengenai tarif terbaru.
Baca Juga: Harga Emas Antam Logam Mulia Naik Rp 5.000 Per Gram Hari Ini Senin (14/7)
Sebagai gambaran, Trump kembali memberikan ancaman tarif kepada Uni Eropa dan Meksiko dengan menetapkan tarif 30% kepada kedua negara tersebut. Langkah ini menyusul serangkaian kenaikan tarif lebih luas yang menargetkan lebih dari 20 negara, serta tarif 50% untuk impor tembaga.
Menurut Lukman, aksi ini mendasari tensi kekhawatiran pasar akan prospek ekonomi global, terutama ekonomi AS. “Sehingga hal ini memberikan insentif pada harga emas yang masuk fase konsolidasi sebelum melanjutkan reli jangka panjang,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (14/7).
Selain itu, kenaikan harga emas juga didukung oleh permintaan beberapa bank sentral dan investor ritel. Sementara pergerakan harga perak mulai mengejar ketinggalannya dari harga emas.
Lukman menjelaskan, secara historis dan idealnya harga emas berbanding perak adalah 1:50. Meski saat ini perak mencapai harga tertinggi sejak September 2011, namun rasionya masih cukup tinggi, yaitu 1:86,5 dengan harga emas di US$ 3.371 berbanding perak US$ 39,04.
Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX International Berjangka menyoroti, pergerakan harga perak yang juga didorong oleh permintaan industri membuat kenaikan harga logam mulia ini sedikit diredam oleh prospek permintaan industri.
“Terutama dengan ketegangan perdagangan yang mempengaruhi pertumbuhan industri, dan berpotensi menahan harga perak lebih lanjut jika situasi memburuk,” tutur Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (14/7).
Sutopo menilai, tren kenaikan logam mulia ini akan sangat bergantung pada perkembangan perang dagang dan respons kebijakan moneter bank sentral. Jika ketegangan perdagangan terus meningkat dan tidak ada resolusi yang jelas, harga emas dapat mempertahankan momentum kenaikannya, bahkan berpotensi mencapai level yang lebih tinggi.
Baca Juga: Trump Berlakukan Tarif Baru, Harga Emas di Pasar Spot Naik Lebih Dari 1%
Sutopo menyebutkan bahwa pasar juga akan mencermati data ekonomi AS seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Produsen (IHP), produksi industri, dan penjualan ritel minggu ini. Rilis data ekonomi AS jni dapat memberikan sinyal tentang keputusan kebijakan Federal Reserve selanjutnya dan mempengaruhi arah harga logam mulia.
“Sampai akhir tahun saya kira prospeknya masih tetap bullish. Terutama, dengan berlanjutnya tekanan inflasi dan kemungkinan perlambatan ekonomi global, emas bisa menjadi pilihan investasi yang menarik. Sementara itu, perak mungkin akan sedikit lebih kompleks dengan menyoroti permintaan dari industri,” kira Sutopo.
Meski begitu, Sutopo tetap optimistis harga perak dapat mencapai US$ 40,00 - US$ 45,00 per ons pada akhir tahun 2025. Sementara itu, harga emas kemungkinan akan bertengger di kisaran US$ 3.500 - US$ 3.700 per ons troi.
“Untuk perak kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 43 - US$ 45 per ons hingga akhir tahun 2025 dan harga emas di kisaran US$ 3.700 - US$ 3.800 per ons troi,” tutup Lukman.
Selanjutnya: IEU-CEPA Dinilai Lebih Menjanjikan daripada Pasar AS, Tapi Butuh Strategi Domestik
Menarik Dibaca: Penjualan Tiket KA Paling Banyak Lewat Access by KAI, Total Transaksi 12,6 Juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News