Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Guna menopang imbal hasil (return), manajer investasi kerap mengalokasikan dana pada surat utang negara (SUN) seri acuan alias benchmark.
Begitu pula strategi yang diterapkan PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroder) dalam meracik portofolio reksadana pendapatan tetap Schroder Dana Mantap Plus II.
Presiden Direktur Schroder Michael T Tjoajadi menuturkan, untuk produk Schroder Dana Mantap Plus II, perusahaan memang fokus pada SUN benchmark lantaran tingginya likuiditas. Artinya, di kala pasar bullish, jenis instrumen ini mampu melaju kencang. Memang sebaliknya, di kala pasar bearish, pergerakan SUN benchmark lebih volatile.
Keuntungan lainnya, alokasi dana pada SUN benchmark memudahkan perusahaan untuk memperjual belikan aset setiap waktu.
Merujuk fund fact sheet per Januari 2017, lima aset terbesar Schroder Dana Mantap Plus II di antaranya FR0053, FR0056, FR0059, FR0072 dan FR0073. Kelima seri ini merupakan benchmark obligasi pemerintah untuk tahun 2016 dan 2017.
Mayoritas dana diparkir pada efek obligasi yakni 98,22%. Sisanya berupa kas 1,78%. Ini sesuai kebijakan investasi yang diterapkan Schroder. Perusahaan memang leluasa menempatkan dana 80% - 100% pada efek surat utang dan 0% - 20% pada instrumen pasar uang.
Kendati demikian, pada kuartal I 2017, perusahaan cenderung memperpendek durasi obligasi untuk produk Schroder Dana Mantap Plus II. Sebab, masih ada ketidakjelasan yang mendera pasar, terutama dari eksternal.
Semisal kebijakan yang diambil Presiden ke - 45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump pasca pelantikan 20 Januari 2017 lalu.
"Kami cenderung pilih yang tenor di bawah 10 tahun. Masih memantau situasi setidaknya di kuartal I 2017," tukasnya. Nantinya, jika kondisi pasar membaik, perusahaan akan agresif dengan memperpanjang durasi.