Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Berikut adalah sejumlah topik hangat yang patut diperhatikan hari ini:
- Posisi IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat di awal tahun baru ini, meneruskan reli yang berlangsung pada akhir tahun lalu. Sebagai catatan, Senin (30/12) IHSG menguat 1,45% ke posisi 4.274,18. Begitu juga dengan MSCI Asia Pasifik yang naik 0,16% menjadi 141,35.
Analis Trust Securities, Yusuf Nugraha, menilai, aksi beli saham masih mewarnai perdagangan pembuka tahun ini karena berharap bisa meraih untung di Januari 2014 (January Effect). Investor melihat, sejumlah data ekonomi dalam negeri masih relatif terkendali. Salah satunya adalah proyeksi inflasi tahun 2013 yang berkisar 8,2%-8,3%. "Investor juga mencermati posisi neraca perdagangan November yang diperkirakan masih defisit namun berkurang sedikit," ungkap Yusuf, Senin (30/12).
- Tekanan bagi rupiah mulai kendur
Rupiah mencatat prestasi buruk sepanjang tahun 2013. Mata uang Garuda ini mengukir penurunan terbesar terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dibanding mata uang negara Asia lain.
Sepanjang tahun lalu, rupiah mencatat penurunan 25,75%. Jauh lebih buruk ketimbang yen Jepang yang sengaja dilemahkan oleh Bank of Japan. Yen melemah 21%.
Pengamat pasar uang, Farial Anwar mengatakan, pergerakan rupiah akan sulit tahun ini. Apalagi pemerintah dan Bank Indonesia tidak terlihat berupaya serius untuk meredam kejatuhan rupiah. Pelemahan rupiah tidak hanya terkait faktor internal, tetapi juga eksternal, terutama dari potensi peningkatan nilai pemangkasan stimulus AS.
Apalagi tahun ini Indonesia memasuki tahun politik berupa penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). Tekanan terhadap rupiah juga akan makin besar, terutama karena investor sedang menanti pemimpin baru yang terpilih nanti.
Secara fundamental, tidak ada sentimen negatif seperti yang terjadi tahun lalu seperti kenaikan harga bahan bakar minyak, kenaikan suku bunga acuan, serta isu penghentian stimulus AS. Dia memprediksikan, rupiah maksimal di angka Rp 12.500. "Kalau lebih dari itu, berarti pemerintah dan BI gagal menjaga rupiah," ujar Farial, kemarin.
- BUMI berniat gelar IPO anak usaha baru
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memang tidak pernah kehabisan akal untuk menggelar aksi korpoprasi. Emiten batubara ini bahkan menyebutkan bakal menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) atas anak usaha yang akan dibentuknya.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava mengatakan, tahun ini pihaknya tengah memikirkan membuat satu lagi entitas bertujuan khusus alias special purpose vehicle (SPV). BUMI akan menguasai 70% porsi kepemilikan saham SPV itu.
Selanjutnya, BUMI akan membawa SPV tersebut ke bursa saham. "Kita lihat di tahun 2014 bila memungkinkannya," ucap Dileep, Senin, 30 Desember 2013.
Dileep menyatakan, BUMI akan menempatkan beberapa aset bisnisnya di SPV itu. Sayang, Dileep masih enggan menjelaskan lebih detail rencana tersebut. Dia juga belum bersedia berbicara tentang jumlah emisi yang diincar dari aksi IPO ini.
BUMI saat ini memiliki beberapa anak usaha. Sebut saja antara lain PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia, Indocoal Resources (Cayman) Limited, PT Indocoal Kalsel Resources, dan PT Indocoal Kaltim Resources.
- Neraca dagang November bisa surplus US$ 600 juta
Pemerintah memprediksi neraca perdagangan November 2013 bakal surplus di kisaran US$ 600 juta. Optimisme itu dilontarkan Menteri Keuangan Chatib Basri melihat impor non migas yang turun, dan ekspor mulai naik.
Chatib mengklaim, surplus neraca perdagangan pada November 2013 terjadi karena berbagai kebijakan yang telah dilakukan pemerintah. Salah satunya kebijakan menaikkan pajak penghasilan (PPh) kepada para importir atau dikenal dengan PPh pasal 22. Pemerintah menaikkan tarif PPh yang semula 2,5% menjadi 7,5% ke importir yang belum memiliki pengenal impor.
Meskipun demikian, Chatib mengakui sulit untuk mengerem impor lebih besar lagi. Sebab tekanan impor terbesar yang dialami Indonesia, berasal dari impor bahan bakar minyak (BBM).
- Empat perusahaan akan IPO Di kuartal I-2014
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengantongi empat perusahaan yang berniat melepas saham ke publik di tahun depan. Perusahaan tersebut akan mulai melakukan penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) pada kuartal I 2014.
Empat perusahaan tersebut adalah PT Intermedia Capital, PT Graha Layar Prima, PT Eka Sari Lorena dan PT Bali Towerindo Sentra. "Semua perusahaan ini memakai buku September 2013," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen, Senin (30/12).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News