Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bursa saham Indonesia periode tahun 2013 sudah tutup buku. Hasilnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menempati urutan terburuk ketiga di bursa regional setelah China dan Thailand.
Sebenarnya, ending ini sudah bisa ditebak beberapa waktu lalu. Apalagi, pelemahan rupiah dan keputusan The Fed menjadi sentimen pergerakan IHSG, sehingga indeks sempat terperosok beberapa bulan lalu.
Tak sedikit pula pihak-pihak yang menyalahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lantaran menilai keterpurukan itu lantaran OJK hanya berpangku tangan, telat mengantisipasi dan mengambil kebijakan untuk menahan kejatuhan IHSG.
"Akan tetapi, itu mekanisme pasar, bukan kami yang menentukan," tandas Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (30/12).
Dia menegaskan, OJK tidak memiliki kewenangan apa pun untuk menggerakkan pasar. OJK hanya bertugas sebagai pengawas, regulator dan fasilitator. Bahkan, Nurhaida memberikan contoh, bursa saham di Singapura juga sempat beberapa kali mengalami kejatuhan.
Menurut Nurhaida, otoritas serupa di Singapura juga tetap diam hingga terkesan tidak berbuat apa-apa. Itu dikarenakan mereka sangat percaya jika semua pergerakan indeks entah naik atau turun itu murni karena mekanisme pasar.
Pergerakan pasar yang dicampuri dengan campur tangan dari pihak (otoritas) tertentu justru menjadikan kondisi bursa saham yang tidak sehat karena sudah ditunggangi oleh muatan tertentu.
"Intinya, kami sebagai pengawas. Mengawasi supaya pasar berjalan dengan teratur, wajar, dan efisien," pungkas Nurhaida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News