kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Investor Berlindung ke SBN di Tengah Kekhawatiran Resesi dan Arah Suku Bunga Acuan


Rabu, 07 Agustus 2024 / 19:19 WIB
Investor Berlindung ke SBN di Tengah Kekhawatiran Resesi dan Arah Suku Bunga Acuan
ILUSTRASI. pasar obligasi menjadi pilihan sejumlah investor di tengah kekhawatiran resesi dan pemangkasan suku bunga acuan


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

Fudji memandang bahwa minat tinggi investor pada aset obligasi juga tercermin dari lelang Surat Utang Negara yang digelar, kemarin Selasa (6/8). Meningkatnya penawaran masuk pada lelang SUN pekan ini menjadi afirmasi minat tinggi investor ke aset obligasi.

Untuk tahun 2024, Fudji bilang, berbagai survei telah memproyeksi kemungkinan penurunan yield  SBN akan berada pada rentang 1%. Terkhusus yield SBN acuan 10 tahun, posisi imbal hasil diperkirakan berada pada rentang 6.5% - 6.8% di akhir 2024.

Ekonom BCA Lazuardin Thariq Hamzah berujar, meskipun kita mengkhawatirkan risiko investor asing mencari aset aman di tengah menguatnya kekhawatiran resesi AS dan global, pekan lalu masih menjadi minggu yang baik bagi pasar keuangan Indonesia.

Investor asing membeli aset Rupiah senilai US$ 0,63 miliar sepanjang minggu lalu, termasuk aliran masuk US$ 0,36 miliar ke pasar SBN yang membantu menurunkan imbal hasil SBN acuan 10 tahun dari 6,93% menjadi 6,83% saat pasar ditutup Jumat (2/8) lalu.

Lazuardi menuturkan, faktor lain yang menjelaskan membaiknya permintaan investor asing terhadap SBN. Salah satunya yaitu rencana pembatasan penerbitan SBN pada tahun 2024

“Pembatasan penerbitan SBN dapat meningkatkan urgensi investor asing untuk kembali ke pasar SBN, terutama jika Bank Indonesia (BI) mulai memangkas suku bunga kebijakannya di awal tahun depan,” ungkap Lazuardi dalam riset 5 Agustus 2024.

Di sisi lain, Lazuardi mencermati, meskipun musim laporan laba sedang berlangsung, permintaan asing terhadap saham Indonesia masih lemah, sebagaimana ditunjukkan oleh volume perdagangan yang rendah dan arus masuk sebesar US$ 0,14 miliar ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam seminggu terakhir.

Baca Juga: Total Penawaran Lelang SUN Tembus Rp 66 Triliun Pada Selasa (6/8)

Sementara itu, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi memandang, kepanikan di awal pekan ini memang dipicu sejumlah investor membeli surat utang negara. Namun sebenarnya sentimen itu hanya sebagian kecil saja.

Lionel mengamati, transaksi pada lelang surat utang negara pekan ini lebih didorong oleh rilis FR103. Dimana, FR013 merupakan seri baru bertenor 11 tahun yang dipersiapkan untuk menjadi seri acuan di tahun 2025.

DJPPR mencatat, permintaan investor secara keseluruhan masih dominan pada SUN tenor 5 dan 11 tahun, dengan jumlah incoming bids dan awarded bids masing-masing sebesar 71,25% dari total incoming bids dan 63,04 % dari total awarded bids. Seri baru FR0103 dengan tenor 11 tahun sebagai calon SUN seri acuan (benchmark) tenor 10 tahun untuk tahun 2025.

“Investor menggunakan kesempatan ini untuk switching ke seri baru yang berpeluang besar menjadi seri acuan tahun depan,” ujar Lionel kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8).

Menurut dia, penguatan yield SBN dalam 2 minggu terakhir ini lebih dipicu oleh menguatnya peluang the fed memangkas suku bunga bulan September. Sehingga, bukan dampak dari potensi resesi Amerika.

“Hingga saat ini ekonomi Amerika melambat, tetapi masih jauh dari mengalami resesi,” imbuh Lionel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×