kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Indeks Keyakinan Konsumen Terus Merosot, Cermati Efeknya bagi Emiten


Kamis, 17 April 2025 / 21:03 WIB
Indeks Keyakinan Konsumen Terus Merosot, Cermati Efeknya bagi Emiten
ILUSTRASI. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan tren penurunan sejak awal 2025. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz


Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan tren penurunan sejak awal 2025. Pada Maret, IKK tercatat sebesar 121,1, turun  dibandingkan Februari yang berada di level 126,4. Sebelumnya, pada Januari, indeks ini sempat menyentuh angka 127,2.

Perlu diketahui, IKK mencerminkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan. Penurunan indeks ini menandakan melemahnya optimisme konsumen, yang bisa mengarah pada meningkatnya pesimisme terhadap prospek perekonomian nasional.

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi berpandangan meski IKK mengalami tren penurunan sejak awal tahun, tetapi masih dalam level optimis atau di atas 100. Menurutnya, level IKK saat ini masih dalam tahap kosiderasi dan akan menjadi alarm ketika mendekati level 100,.

Baca Juga: IHSG Rentan Tertekan, Investor Institusi Lokal Jadi Andalan

"Daya beli masyarakat yang turun akan berdampak pada perlambatan ekonomi dan emiten kategori strategic seperti perbankan lalu konsumer," kata Audi kepada Kontan, Kamis (17/4).

Audi menjelaskan jika IKK terus menurun dan bahkan mendekati level pesimis, maka emiten dapat melakukan langkah adaptif, seperti fokus pada produk kebutuhan pokok yang memiliki nilai fungsional tinggi, diversifikasi pada produk atau layanan yang lebih terjangkau dan evaluasi ekspansi dan fokus untuk mempertahankan pangsa pasar.

"Kami melihat tekanan pada emiten juga banyak dipengaruhi tekanan eksternal dan dari internal di tengah ketidakstabilan rupiah. Ini berdampak pada konsumer yang bahan bakunya impor," ujarnya.

Melihat kondisi ini, Audi menyarankan investor mulai mengkalkulasi strategi diversifikasi ke aset-aset aman (safe haven) dan bebas risiko (risk-free), seperti emas dan obligasi pemerintah, sebagai langkah lindung nilai (hedging).

Audi merekomendasikan untuk buy sejumlah saham di tengah sentimen tersebut yakni, BBCA di target harga Rp 9.250, BMRI dengan target harga Rp 5.450 dan MYOR pada target harga Rp 2.400

Baca Juga: Outflow Asing Mencapai Rp 13,9 Triliun, Simak Review IHSG Pekan Ini

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengungkapkan bahwa tren pelemahan IKK menunjukkan optimisme konsumen yang turun terhadap ekonomi. 

"Ini bisa menjadi sinyal peringatan bagi perusahaan terutama yang tergantung pada belanja konsumen seperti emiten ritel, otomotif, properti dan Food & Beverages," ucap Ekky kepada Kontan, Kamis (17/4).

Untuk strategi investasi, Ekky menyarankan investor agar mempertimbangkan sektor-sektor defensif. Meskipun permintaan domestik melemah, produk dari sektor ini tetap dibutuhkan masyarakat, seperti perbankan, layanan kesehatan, dan utilitas termasuk telekomunikasi.

Selanjutnya: Pasca Lebaran, Bisnis Gadai Pegadaian Meningkat

Menarik Dibaca: GoTo Impact Foundation Dampingi Magelang Setories Kembangkan Pertanian Regeneratif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×