Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas perusahaan tercatat yang masuk dalam indeks MSCI Indonesia telah merilis laporan keuangannya untuk periode semester I-2025. Dari 17 emiten yang masuk indeks global ini, ada 14 emiten yang sudah merilis laporan keuangan selama Januari–Juni 2025.
Hasilnya, emiten milik Prajogo Pangestu menjadi emiten dengan kinerja paling moncer di antara perusahaan tercatat lainnya. Yakni, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
BRPT meraup pendapatan sebesar US$ 3,22 miliar pada semester I-2025. Ini meningkat 178,52% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari US$ 1,15 miliar di semester I-2024.
Baca Juga: MSCI Akan Umumkan Peninjauan Indeks, Ini Saham yang Berpotensi Jadi Penghuni Baru
Dari sisi bottom line, laba bersih BRPT meroket 1.464,89% YoY menjadi US$ 539,82 juta per Juni 2025. Di periode yang sama pada 2024, laba bersih BRPT hanya sebesar US$ juta.
TPIA berhasil membalikan rugi bersih sebesar US$ 47,46 juta per Juni 2024 menjadi laba bersih US$ 1,27 miliar. Dari sisi top line, pendapatan TPIA melesat 237,70% YoY menjadi US$ 2,92 miliar.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mencermati dengan kinerja yang positif, saham-saham Prajogo Pangestu lainnya punya peluang untuk masuk ke dalam indeks MSCI.
Menurutnya, saat ini saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) sangat diunggulkan dan punya peluang besar masuk ke dalam indeks MSCI.
Selain PTRO dan CUAN, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga digadang-dagang masuk ke dalam indeks global ini. BREN dinilai punya peluang besar.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menyebut BREN menjadi kandidat terkuat karena memiliki kapitalisasi terbesar dan likuiditas yang cukup setelah okasional isu kepemilikan sebelumnya dianggap telah mereda.
Baca Juga: Menimbang Peluang Surya Semesta (SSIA) untuk Masuk Indeks MSCI
“Jika benar masuk, efeknya terjadi peningkatan likuiditas, arus dana asing masuk melalui MSCI referenced ETF atau fund dan menjadi valuasi premium,” jelas Liza dalam riset tanggal 26 Juli 2025.
Head of Research Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi menyebut untuk bisa masuk dalam indeks MSCI, BREN harus diperdagangkan di harga Rp 9.000 per saham. Pada akhir perdagangan Selasa (5/8), BREN berada di level Rp 7.075.
Berdasarkan pengamatannya, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) memiliki peluang tertinggi untuk dimasukkan ke MSCI Indonesia Big Cap, karena nilai Free-Float Market Capitalization (FFMC) mencapai US$ 6,6 miliar.
Indikator lainnya, Average Daily Trading Value (ADTV) dalam 12 bulan terakhir DSSA sebesar US$ 7,2 juta per hari dengan Annual Traded Value Ratio (AVTR) telah melampaui ambang batas 15%.
Dalam risetnya yang lain, Samuel Sekuritas juga memproyeksikan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) masuk dalam MSCI Small Cap Index. Ini didukung oleh lonjakan harga sahamnya.
Baca Juga: Euforia MSCI Jaga Dorongan Harga Saham Emiten Grup Sinarmas, Dian Swastatika (DSSA)
“Lonjakan saham yang sebagian dipicu oleh akuisisi 5,89% saham perusahaan oleh Grup Djarum. Ini mendorong kapitalisasi pasar free float SSIA,” tulisnya dalam riset tertanggal 22 Juli 2025.
Dalam catatannya, kapitalisasi pasar free-float SSIA meningkat menjadi US$ 618 juta. Jauh di atas ambang batas US$ 250 juta. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian dalam 12 bulan SSIA di atas persyaratan minimal.
“Rata-rata nilai transaksi harian SSIA mencapai USD 1,8 juta per hari, melebihi persyaratan minimum sebesar US$ 1 juta per hari, dan rasio 12M ATVR tercatat di atas tolok ukur 10%,” jelas Prasetya.
Selanjutnya: Penjelasan Pemerintah Terkait Dana Desa Jadi Jaminan Pinjaman Kopdes Merah Putih
Menarik Dibaca: Mengenal Bichat, Aplikasi Chatting Tanpa Internet yang jadi Tandingan WhatsApp!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News