kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan IFC kucurkan utang US$ 509 juta ke ESSA


Jumat, 05 September 2014 / 20:05 WIB
Ini alasan IFC kucurkan utang US$ 509 juta ke ESSA
ILUSTRASI. Sinopsis serial Di Bulan Suci Ini, serial Indonesia terbaru dari Vidio yang bisa ditonton untuk menyambut bulan suci.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. International Finance Corporation (IFC) baru saja meneken perjanjian kucuran pinjaman sindikasi US$ 509 juta untuk anak usaha PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), yakni PT Panca Amara Utama (PAU). Perlu diketahui, pinjaman tersebut merupakan pinjaman terbesar yang pernah dikucurkan IFC di Asia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

IFC mengklaim memiliki komitmen untuk menciptakan peluang di daerah yang paling membutuhkan, didalam kawasan negara berkembang. Lembaga keuangan yang berada dibawah naungan World Bank ini senantiasa menyediakan produk keuangan jangka panjang, mulai dari pinjaman hingga mobilisasi dana pihak ketiga guna mendukung pertumbuhan dan pengembangan usaha sektor swasta.

IFC masuk melalui investasi di sektor transportasi, pembangkit listrik, telekomunikasi, pelabuhan, dan proyek-proyek infrastruktur lainnya. Nah, inilah yang menjadi alasan mengapa IFC mau berpartisipasi dalam proyek pembangunan pabrik amonia PAU senilai US$ 800 juta tersebut.

"Karena pabrik tersebut bisa membantu untuk menekan impor gas amonia, sehingga secara tidak langsung kami turut berpartisipasi dalam mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia," tutur Sarvesh Suri, Country Manager IFC, (5/9).

Memang, Indonesia memikiki cadangan gas yang cukup besar, yang bisa dijadikan berbagai macam produk turunan, salah satunya amonia. Sayangnya, Indonesia juga merupakan importir amonia terbesar, sekitar 200.000 metrik ton per tahun.

Pabrik tersebut dibangun di Banggai, Sulawesi Utara, dan memiliki kapasitas produksi 200.000 ton. Pabrik itu bakal beroperasi akhir 2016, dan dapat menciptakan lebih dari 1.600 lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

Perlu diketahui, pinjaman yang dikucurkan oleh IFC sebesar 64% dari total kebutuhan investasi pabrik tersebut yang mencapai US$ 800 juta. Dalam klausul perjanjian pinjaman sindikasi tersebut juga disebutkan IFC dapat mengkonversi 10% saham PAU dalam proses pencairan pinjamannya suatu saat nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×