kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iklan konvensional turun, MNCN bisa mengandalkan iklan digital untuk menopang kinerja


Rabu, 13 Mei 2020 / 17:18 WIB
Iklan konvensional turun, MNCN bisa mengandalkan iklan digital untuk menopang kinerja
ILUSTRASI. Meski ada pemangkasan tren belanja iklan, MNCN masih punya prospek yang positif tahun ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona telah membuat banyak perusahaan harus berjibaku menjaga arus kas. Tak ayal, anggaran belanja iklan menjadi salah satu pengeluaran yang harus ditekan sementara. Dengan demikian, industri media merupakan yang paling terdampak ketika anggaran belanja iklan berkurang.

Hal tersebut turut dirasakan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Dalam rilisnya, Group Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengakui adanya tanda-tanda tren belanja iklan secara keseluruhan yang kurang baik.

Baca Juga: Tren turunnya belanja iklan bisa tekan kinerja Media Nusantara (MNCN) ke depan

Meski ada pemangkasan tren belanja iklan, analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya masih optimistis MNCN punya prospek yang cukup baik sepanjang tahun ini. Pasalnya, MNCN masih bisa mengandalkan pemasukan dari iklan digital. Pada kuartal I-2020 kemarin, iklan digital MNCN mencapai Rp 199,3 miliar atau tumbuh 25% secara year on year.

“Hal tersebut bisa menjadi katalis untuk meredam efek negatif dari menurunnya volume iklan komersial TV. Ditambah lagi, rencananya ke depan ada inisiatif seperti penerapan QRIS pada iklan komersial TV dan juga inisiatif lainnya untuk mendorong segmen digital,” jelas Rendy kepada Kontan.co.id, Rabu (13/5).

Baca Juga: Media Nusantara Citra (MNCN) optimis kinerja tetap tumbuh pada 2020

Analis JP Morgan Sekuritas Henry Wibowo juga menyebut katalis positif bagi MNCN akan datang dari keberhasilan mereka dalam sektor content and digital (OTT). Mulai dari jumlah subscribers MNCN di Youtube yang sudah mencapai 73 juta pada Maret 2020 dan telah menghasilkan 2 miliar penonton bulanan.

“Youtube telah berhasil menjual iklan terhadap konten MNCN, membagi pendapatan 55% dan 65% masing-masing untuk konten non-musik dan musik kepada MNCN. Ini menjadi contoh yang baik dalam hal monetisasi konten dalam menciptakan iklan digital yang baru dan bisa berkontribusi terhadap pendapatan iklan digital MNCN,” tulis Henry dalam risetnya pada 30 April 2020.

Henry juga menyebut upaya MNCN dalam melebarkan distribusi konten bisa menjadi katalis positif. Teranyar, MNCN sudah menapaki kerjasama dengan Facebook pada April kemarin seiring upaya Facebook mengembangkan bisnis videonya.

Dari sektor digital lain, MNCN juga diuntungkan mengingat pengguna aktif bulanan atau monthly active user (MAU) RCTI + telah meningkat. Tercatat MAU RCTI + sudah meningkat hingga lebih dari 9 juta padahal Desember 2019 baru mencapai 5 juta. Pandemi corona turut membantu peningkatan jumlah MAU tersebut.

Sentimen negatif yang membayangi MNCN tahun ini menurut analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya adalah potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terus berlanjut. Pasalnya, utang berdenominasi dolar AS saat ini merupakan beban biaya terbesar MNCN.

“Hingga saat ini, MNCN masih memiliki utang berdenominasi dolar AS mencapai US$ 221,2 juta yang setara 75% dari total utang berbunga perusahaan yang tercatat sebesar Rp 4,6 triliun. Dengan depresiasi rupiah sekitar 6%, dan diprediksi masih bisa lebih tinggi lagi sehingga semakin membebani MNCN,” tulis Christine dalam risetnya pada April silam.

Baca Juga: Menilik prospek emiten media di tengah pandemi corona

Christine memproyeksikan MNCN akan mengantongi pendapatan Rp 9,34 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,18 triliun pada tahun ini. Sementara Rendy memperkirakan pertumbuhan pendapatan MNCN akan berada di kisaran 8% dengan laba bersih berpotensi turun di kisaran 1%-2% untuk tahun 2020. Hal tersebut tidak terlepas dari potensi kerugian nilai tukar seiring dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.

Kendati valuasi MNCN tengah menarik, Christine menilai MNCN masih berpeluang terimbas dari risiko depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Oleh karena itu, ia merekomendasikan untuk hold dengan target harga Rp 940 per saham.

Sementara Rendy merekomendasikan untuk buy MNCN dengan target harga Rp 1.370 per saham. Sedangkan Henry menimbang overweight untuk MNCN dengan target Rp 915. Adapun saham MNCN naik 3,11% ke Rp 830 per saham pada Rabu (13/5).

Baca Juga: Pendapatan tumbuh 7%, tapi laba bersih MNCN turun 43% di kuartal I 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×