kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iklan konvensional turun, MNCN bisa mengandalkan iklan digital untuk menopang kinerja


Rabu, 13 Mei 2020 / 17:18 WIB
Iklan konvensional turun, MNCN bisa mengandalkan iklan digital untuk menopang kinerja
ILUSTRASI. Meski ada pemangkasan tren belanja iklan, MNCN masih punya prospek yang positif tahun ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Dari sektor digital lain, MNCN juga diuntungkan mengingat pengguna aktif bulanan atau monthly active user (MAU) RCTI + telah meningkat. Tercatat MAU RCTI + sudah meningkat hingga lebih dari 9 juta padahal Desember 2019 baru mencapai 5 juta. Pandemi corona turut membantu peningkatan jumlah MAU tersebut.

Sentimen negatif yang membayangi MNCN tahun ini menurut analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya adalah potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terus berlanjut. Pasalnya, utang berdenominasi dolar AS saat ini merupakan beban biaya terbesar MNCN.

“Hingga saat ini, MNCN masih memiliki utang berdenominasi dolar AS mencapai US$ 221,2 juta yang setara 75% dari total utang berbunga perusahaan yang tercatat sebesar Rp 4,6 triliun. Dengan depresiasi rupiah sekitar 6%, dan diprediksi masih bisa lebih tinggi lagi sehingga semakin membebani MNCN,” tulis Christine dalam risetnya pada April silam.

Baca Juga: Menilik prospek emiten media di tengah pandemi corona

Christine memproyeksikan MNCN akan mengantongi pendapatan Rp 9,34 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,18 triliun pada tahun ini. Sementara Rendy memperkirakan pertumbuhan pendapatan MNCN akan berada di kisaran 8% dengan laba bersih berpotensi turun di kisaran 1%-2% untuk tahun 2020. Hal tersebut tidak terlepas dari potensi kerugian nilai tukar seiring dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.

Kendati valuasi MNCN tengah menarik, Christine menilai MNCN masih berpeluang terimbas dari risiko depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Oleh karena itu, ia merekomendasikan untuk hold dengan target harga Rp 940 per saham.

Sementara Rendy merekomendasikan untuk buy MNCN dengan target harga Rp 1.370 per saham. Sedangkan Henry menimbang overweight untuk MNCN dengan target Rp 915. Adapun saham MNCN naik 3,11% ke Rp 830 per saham pada Rabu (13/5).

Baca Juga: Pendapatan tumbuh 7%, tapi laba bersih MNCN turun 43% di kuartal I 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×