Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot dalam lima hari perdagangan berturut-turut. Sejumlah analis menilai karena dipengaruhi faktor global dan tensi politik dalam negeri yang semakin panas.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan, jeblosnya IHSG di bawah level 6.000 pada pembukaan perdagangan Kamis (3/10) karena kebablasan saja.
Baca Juga: IHSG melemah tertekan kekhawatiran meluasnya perang dagang
“Buktinya saja dalam beberapa menit IHSG kembali rebound ke level 6.000 dan hari ini ditutup di level 6.038,” jelasnya saat ditemui Kontan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurut Liza kalau hingga besok tidak ada kejadian aneh-aneh, IHSG berpeluang besar menghijau.
Kendati demikian, bukan berarti dalam jangka waktu menengah IHSG tidak akan kembali tertekan. Kalau melihat dari pergerakan IHSG beberapa waktu belakangan, posisinya tertekan karena diberatkan banyak sentimen negatif.
Liza memproyeksikan sejelek-jeleknya IHSG akan jatuh sampai ke level 5.850. Kalaupun jatuh lebih dalam lagi khawatir akan berdampak buruk pada saham-saham yang lainnya.
Liza menyatakan sentimen yang paling memberatkan IHSG datangnya dari sentimen global. Tapi sentimen domestik juga berpengaruh besar terhadap keputusan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Baca Juga: Kontrak eksklusif pembotolan PepsiCo selesai, ini rekomendasi analis untuk saham ICBP
Menurut Liza saat ini tensi politik dalam negeri sedang menghantui perekonomian dalam negeri.
Dari dua sentimen tersebut, ada efek bola salju yang terjadi. Liza menjelaskan dimulai dari perang dagang yang berdampak pada perlambatan ekonomi global yang kemudian memengaruhi bisnis perusahaan di Indonesia.
Ini pun yang menjadi penyebab banyak perusahaan yang kesulitan membayar utang.
Tentunya ada potensi berpengaruh ke sektor keuangan di mana Non Performing Loan (NPL) bank akan semakin melebar. Sebenarnya kalau keadaan ini sudah terjadi, investor musti berhati-hati karena sektor keuangan adalah tulang punggung bagi IHSG.
“Kalau banking sudah kena, ya berat untuk market bisa kembali recover,” imbuhnya.
Baca Juga: IHSG turun 0,28% ke 6.038 di akhir perdagangan Kamis (3/10)
Namun dengan adanya tren penurunan suku bunga, Liza mengharapkan bisa menggairahkan sektor rill.
President Artha Sekuritas Frederick Rasali menambahkan, ada kemungkinan resesi global akan terjadi. Tandanya adalah dari perlambatan ekonomi global walaupun suku bunga terus menurun.
“Adapun diikuti dengan meningkatnya tingkat kegagalan perusahaan dalam membayar utang,” jelasnya.
Frederick menyatakan belum mengubah target IHSG nya di 6.700 karena ada faktor pendorongnya bila ekonomi global lebih stabil menjelang akhir tahun dan saham big caps seperti perbankan dan coal mining rebound di akhir tahun.
Menurut Frederick menjelang akhir tahun harapannya ada peningkatan penjualan di sektor konsumer karena akan masuk festive season. Kemudian di sektor coal mining biasanya ada peningkatan jangka pendek karena permintaan menjelang musim dingin.
Walaupun sentimen saat ini sedang tidak baik, menurut Liza setidaknya tiga bulan terakhir di 2019 masih ada sentimen positif yang dapat menopang IHSG.
Beberapa sentimen positif tersebut adalah kondisi politik yang sudah lebih baik dengan dilantiknya presiden, rampungnya kabinet kerja dan tim ekonomi yang jelas.
Liza menilai, kalau melihat dari chartnya IHSG masih dalam trend-nya naik. Jadi masih ada peluang untuk IHSG naik 10% hingga akhir tahun nanti. Liza menyatakan langkah pertama kalau IHSG bisa mencapai 6.400 sudah bagus.
Namun kalau ada sentimen positif yang lebih baik lagi, best scenarionya IHSG bisa mampu bergerak di level 6.500-6.600.
Baca Juga: IHSG bertahan di zona merah satu jam sebelum penutupan perdagangan hari ini
Namun, target pesimistisnya kalau skenario terburuk terjadi IHSG mungkin hanya akan bergerak stagnan di rentang 6.000 sampai 6.200 saja.
Strategi yang bisa dilakukan investor saat ini adalah dengan mulai buy on weakness di saham-saham defensive yang penurunannya relatif tidak terlalu signifikan. Investor bisa memilih saham konsumer seperti PT Unilever Tbk (UNVR). Kalau ada penurunan masih bisa dikoleksi saat ini.
Strategi trading bisa lakukan jangka pendek karena volatilitas pasar sedang tinggi. Liza merekomendasikan saham UNVR karena ada kemungkinan besok ada reboud ke 47.000 tapi kalau investor bisa ambil sahamnya di level 43.700 sampai dengan 44.000 itu akan lebih oke entry levelnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News