Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Dari dua sentimen tersebut, ada efek bola salju yang terjadi. Liza menjelaskan dimulai dari perang dagang yang berdampak pada perlambatan ekonomi global yang kemudian memengaruhi bisnis perusahaan di Indonesia.
Ini pun yang menjadi penyebab banyak perusahaan yang kesulitan membayar utang.
Tentunya ada potensi berpengaruh ke sektor keuangan di mana Non Performing Loan (NPL) bank akan semakin melebar. Sebenarnya kalau keadaan ini sudah terjadi, investor musti berhati-hati karena sektor keuangan adalah tulang punggung bagi IHSG.
“Kalau banking sudah kena, ya berat untuk market bisa kembali recover,” imbuhnya.
Baca Juga: IHSG turun 0,28% ke 6.038 di akhir perdagangan Kamis (3/10)
Namun dengan adanya tren penurunan suku bunga, Liza mengharapkan bisa menggairahkan sektor rill.
President Artha Sekuritas Frederick Rasali menambahkan, ada kemungkinan resesi global akan terjadi. Tandanya adalah dari perlambatan ekonomi global walaupun suku bunga terus menurun.
“Adapun diikuti dengan meningkatnya tingkat kegagalan perusahaan dalam membayar utang,” jelasnya.
Frederick menyatakan belum mengubah target IHSG nya di 6.700 karena ada faktor pendorongnya bila ekonomi global lebih stabil menjelang akhir tahun dan saham big caps seperti perbankan dan coal mining rebound di akhir tahun.
Menurut Frederick menjelang akhir tahun harapannya ada peningkatan penjualan di sektor konsumer karena akan masuk festive season. Kemudian di sektor coal mining biasanya ada peningkatan jangka pendek karena permintaan menjelang musim dingin.
Walaupun sentimen saat ini sedang tidak baik, menurut Liza setidaknya tiga bulan terakhir di 2019 masih ada sentimen positif yang dapat menopang IHSG.