Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga tembaga mulai unjuk gigi. Namun, belum membaiknya permintaan tembaga dari negara-negara konsumen membuat komoditas ini masih berbalut tren bearish (turun).
Mengacu Bloomberg, Rabu (30/9) pukul 12.49 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,8% ke level US$ 5.010,5 per metrik ton. Namun, harga masih menyusut 0,91% dalam sepekan.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menerawang, harga tembaga masih berbalut tekanan hingga pengujung tahun 2015. Alasannya, melempemnya perekonomian dunia menguras permintaan tembaga. Begitu pula dengan ekonomi konsumen tembaga terbesar, yakni China, Eropa, dan Amerika Serikat (AS).
Asian Development Bank (ADB) telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China dari semula 7% di tahun 2015 menjadi 6,8%. ADB juga memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2016 dari semula 6,8% menjadi 6,7%. Andri berpendapat, jika performa industri tiga negara konsumen tembaga terbesar yakni China, Eropa, dan AS pulih, barulah harga tembaga bisa bullish (naik).
Apalagi masih ada ancaman kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS alias The Fed pada Oktober atau Desember 2015. Keperkasaan dollar AS bakal menggerus harga tembaga karena komoditas tersebut diperdagangkan dalam mata uang Negeri Paman Sam yang kian mahal.
"Akhir tahun harga tembaga di level US$ 5.000 – US$ 5.015 per metrik ton,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News