Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) tercatat melesat hingga ratusan persen sejak awal tahun 2025.
Melansir RTI pada penutupan perdagangan Kamis (17/5), saham SSIA parkir di level Rp 2.640 per saham. Sedangkan saham NRCA ditutup di level Rp 815 per saham.
Saham SSIA naik 57,14% dalam seminggu dan naik 78,98% dalam sebulan. Sedangkan, saham NRCA naik 154,69% dalam seminggu dan terbang 161,22% dalam sebulan.
Secara year to date (YTD), saham SSIA pun tercatat naik 96,28% dan saham NRCA terbang 131,53%.
Baca Juga: Kehadiran BYD di Subang Smartpolitan Milik SSIA Berpotensi Hadirkan Ekosistem EV
Kedua saham itu bahkan sudah berada dalam pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran peningkatan harganya sudah di luar kebiasaan alias unusual market activity (UMA).
Pengumuman UMA untuk SSIA disampaikan BEI pada tanggal 15 Juli dan untuk NRCA pada 16 Juli.
Bursa bilang, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
“Sehubungan dengan terjadinya UMA, kami sampaikan bahwa bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut,” ujar Bursa dalam pengumuman tersebut.
Dalam keterbukaan informasi tanggal 16 Juli 2025, manajemen NRCA mengaku tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat memengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
“Tidak ada informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material dan dapat memengaruhi harga efek perseroan serta kelangsungan hidup perseroan yang belum diungkapkan kepada publik,” ujar Corporate Secretary NRCA, Setiadi Djajasaputra dalam keterbukaan informasi tersebut.
Lebih lanjut, NRCA juga mengaku tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu yang bisa memengaruhi pergerakan saham perseroan.
“NRCA tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat, termasuk rencana korporasi yang akan berakibat terhadap pencatatan saham perseroan di bursa, paling tidak dalam tiga bulan mendatang,” ungkapnya.
Baca Juga: Nusa Raya Cipta (NRCA) Beri Penjelasan ke Bursa Soal Volatilitas Transaksi
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan, kenaikan harga saham SSIA dan NRCA didorong oleh sentimen positif masuknya BYD ke dalam Kawasan Subang Smartpolitan.
Selain itu, aksi koleksi saham yang dilakukan oleh Grup Djarum uga membuat kedua saham tersebut melambung cukup tinggi. Aksi borong saham yang dilakukan Grup Djarum cukup besar hingga mencatatkan kepemilikan sebesar 5,27% dari total saham SSIA.
“Tentunya hal tersebut mendorong euforia para pelaku pasar lain untuk ikut memborong saham SSIA dan NRCA,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (17/7).
Prospek dan rekomendasi saham
Indri melihat, prospek kinerja SSIA dan NRCA pada kuartal II 2025 berpotensi mendapatkan sentimen positif, terutama dengan adanya potensi penurunan suku bunga.
“Jika terealisasi akan membuat beban bunga atas pinjaman perusahaan akan berkurang sehingga mampu membuat bottom line perusahaan (laba perusahaan) akan meningkat,” katanya.
Ada pun dari dampak penurunan tarif impor Amerika Serikat (AS) dari 32% menjadi level 19% dapat menjadi sentimen tambahan. Sebab, perputaran ekonomi masih akan tetap berlanjut dan tidak separah yang telah dibayangkan sebelumnya.
“Dengan aktivitas ekonomi yang masih berlanjut tentu akan membuka peluang pembangunan akan tetap berjalan,” paparnya.
Indri pun merekomendasikan beli untuk SSIA di entry level Rp 2.600 per saham, dengan target harga Rp 2.900 per saham. Stop loss bisa di Rp 2.460 per saham.
Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa mengatakan, SSIA menargetkan pendapatan prapenjualan alias marketing sales sebesar 137 hektar di tahun 2025.
Perseroan menargetkan sumbangan dari Subang Smartpolitan sebesar 120 hektar di kuartal II ini, dan sisanya berasal dari Suryacipta City Karawang.
“Tantangan pengembangan proyek berasal dari konektivitas logistik. Namun, dengan progres pembangunan Jalan Tol Patimban, SSIA mampu mengamankan di posisi yang kompetitif sebagai emiten properti kawasan industri,” ujarnya dalam riset tertanggal 26 Juni 2025.
Yasmin pun merekomendasikan beli untuk SSIA dengan target harga Rp 1.930 per saham.
Technical Analyst RHB Sekuritas Indonesia, Ilham Fitriadi Budiarto mengatakan, melihat perkembangannya dalam beberapa pekan terakhir, saham SSIA masih berpotensi melanjutkan kenaikannya.
“Bisa bertahan selama berada di atas area golden ratio 61,8%-nya pada Fibonacci Retracement di level Rp 2.140 per saham,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (17/7).
Namun, setelah terkena peringatan UMA kemarin, nampaknya pergerakan saham SSIA beberapa hari ke depan berpotensi bergerak cenderung konsolidasi terlebih dahulu sebelum melanjutkan kenaikannya kembali.
Ilham melihat, level entry optimal untuk masuk pada saham SSIA berada di area golden ratio pada level Rp 2.140 per saham. Jika investor masuk di SSIA di area tersebut, target harga jangka pendek untuk SSIA ada di level Rp 2.330 per saham dan Rp 2.580 per saham.
Dalam jangka menengah hingga panjang, berdasarkan target Fibonacci external, potensi pergerakan saham SSIA bisa mencapai ke level Rp 3.500 per saham.
“Tetapi kita perlu mengevaluasi dan mempertimbangkan kembali tidak hanya secara teknikal saja, namun performa dari kinerja emiten tersebut secara fundamental,” ungkapnya.
Selanjutnya: Saham CDIA dan COIN Masuk UMA dan Kena Suspensi, Begini Penjelasan BEI
Menarik Dibaca: Jawab Kebutuhan Wanita, Kérastase Luncurkan Produk Perawatan Rambut Gloss Absolu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News