Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia menguat pada Kamis (17/7), didorong oleh kekhawatiran atas rendahnya persediaan global serta meningkatnya risiko geopolitik di kawasan Timur Tengah, meskipun ketegangan dagang global menunjukkan tanda-tanda mereda.
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 31 sen atau sekitar 0,5% ke level US$68,83 per barel pada pukul 19.03 WIB.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 61 sen atau 0,9% menjadi US$66,99 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Tipis, Persediaan Bahan Bakar AS Naik
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa surat pemberitahuan tarif AS kepada negara-negara kecil akan segera dikirimkan.
Ia juga mengisyaratkan kemungkinan kesepakatan dengan China terkait perdagangan narkoba ilegal serta peluang kesepakatan dagang dengan Uni Eropa.
“Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan tetap bergejolak karena ketidakpastian seputar skala akhir dari tarif AS dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global,” ujar Ashley Kelty, analis dari Panmure Liberum.
Ia menambahkan bahwa dalam jangka menengah, harga kemungkinan akan kembali ke tingkat yang lebih rendah.
Pasar juga bereaksi terhadap kondisi pasokan yang semakin ketat.
Pekan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) menyebut bahwa peningkatan produksi minyak global belum mampu mengangkat level inventori, yang menandakan pasar masih membutuhkan lebih banyak pasokan minyak.
“Perhatian pasar minyak sempat teralihkan dari Timur Tengah, namun serangan Israel ke Suriah dan serangan drone ke infrastruktur minyak di Kurdistan menjadi pengingat yang menghidupkan kembali kekhawatiran pasar,” kata John Evans, analis di PVM Oil Associates.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Merosot 1%, Brent ke US$ 68,7 dan WTI US$ 66,5 Per Barel
Dua pejabat energi di Irak menyebutkan bahwa serangan drone ke ladang minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan telah memangkas produksi hingga 150.000 barel per hari karena kerusakan infrastruktur menyebabkan banyak fasilitas harus dihentikan operasinya.
“Saat ini, indikator pasar minyak masih menunjukkan kondisi pasokan fisik yang ketat. Namun, ketegangan dagang global masih dapat membebani prospek pertumbuhan permintaan minyak dan menekan harga ke depan,” kata analis komoditas UBS, Giovanni Staunovo.
Selanjutnya: Dibanding Impor Boeing 777 dari AS, Pengamat Ungkap Garuda Perlu Pesawat Jenis Ini
Menarik Dibaca: 7 Kandungan Skincare untuk Menghilangkan Jerawat Batu yang Aman dan Efektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News