Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik lebih dari 2% pada akhir pekan ini, seiring dengan dinamika penawaran dan permintaan di pasar global. Sehari sebelumnya, harga masih diselimuti oleh kekhawatiran surplus jangka panjang.
Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di pasar berjangka berada di level US$ 68,40 per barel. Angka ini terpantau naik 2,8% secara harian dan 0,06% dalam sepekan.
Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures mengatakan, kenaikan ini didorong oleh laporan international energy agency (IEA) yang memandang bahwa pasar minyak global kemungkinan akan lebih ketat dari yang terlihat seiring dengan proyeksi permintaan yang cerah.
"Jadi meskipun sebelumnya diperkirakan akan mengalami peningkatan pasokan, tetapi diimbangi oleh komsumsi untuk perjalanan musim panas dan energi yang membuat posisi surplus menjadi lebih ketat," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (13/7).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 2%, Investor Menimbang Prospek Pasar dan Tarif AS
Per Jumat (11/7), IEA menaikkan perkiraan pertumbuhan pasokan global 300.000 per barel menjadi 2,1 juta barel per hari pada tahun ini. Revisi ini diumumkan pasca organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC+) memutuskan untuk memompa lebih banyak minyak, namun aliansi ini memangkas prospek permintaan global dalam jangka panjang.
Menurut Lukman, kenaikan ini lebih bersifat sementara sebagai antisipasi permintaan musim panas. "Seperti halnya kemungkinan Rusia yang akan menghentikan ekspor bahan bakar minyak sebagai upaya untuk menutup oversupply yang juga merupakan sentimen jangka pendek," jelas Lukman.
Sementara itu, Ibrahim Assuaibi, Pengamat Komoditas memperkirakan, tren kenaikan harga minyak ini masih akan berlanjut pada pekan depan yang didorong oleh sanksi ekonomi Rusia yang dilayangkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Seperti diketahui bahwa Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar didunia.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik-Turun, Pasar Cermati Suku Bunga dan Konflik Geopolitik
"Jika sanksi ini benar diberlakukan, maka pasokan minyak mentah global akan berkurang dan harga minyak pada gilirannya akan meningkat meskipun nantinya OPEC+ akan menambahkan pasokan untuk menyeimbangkan," terang Ibrahim kepada Kontan.co.id, Minggu (13/7).
Menurut Ibrahim, investor saat ini tengah menunggu pengumuman sanksi ekonomi yang akan ditentukan oleh AS dan Uni Eropa terhadap Rusia. “Ada kemungkinan besar mengalami kenaikan US$ 1 dipekan depan ke level US$ 68,50 per barel. Seandainya bisa tembus ke level tersebut, kemungkinan bisa menuju level US$ 69,50 per barel,” jelas Ibrahim.
Meski begitu, jika skenario sanksi ekonomi akan tertunda, maka harga kemungkinan akan terkoreksi ke level US$ 65,30 - US$ 66,50 per barel. “Sementara sampai akhir tahun ini, prospeknya saya rasa masih cukup bagus dengan sentimen perang dagang. Dilihat dari sisi teknikal secara mingguan, kemungkinan harga minyak dunia masih akan menanjak, perkiraannya akan menyentuh US$ 78,00 per barel,” tutup Ibrahim.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ditutup Anjlok Lebih dari 2% Kamis (10/7), Brent ke US$68,64
Selanjutnya: KKP Perluas Layanan Sertifikasi SNI untuk Produk Kelautan dan Perikanan
Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News