Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak menguat pada perdagangan hari ini karena permintaan minyak konsumen Amerika Serikat (AS) yang tersirat melonjak ke rekor tertinggi di antara konsumen minyak utama dunia. Ini terjadi bahkan ketika varian omicron dari virus corona mengancam konsumsi minyak secara global.
Di sisi lain, sinyal dari Federal Reserve untuk mengatasi inflasi turut mendorong harga minyak mentah.
Kamis (16/12) pukul 15.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2022 naik 1% menjadi US$ 74,60 per barel.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2022 meningkat 1,1%, ke US$ 71,66 per barel.
Baca Juga: Harga minyak naik, didukung turunnya stok minyak mentah AS
"Terlepas dari lonjakan virus saat ini, laporan persediaan minyak mingguan EIA menunjukkan permintaan untuk produk minyak mencapai rekor tertinggi, ekspor minyak mentah bangkit kembali dan stok minyak mentah nasional mencatat penarikan yang lebih besar dari perkiraan," kata Edward Moya, analis senior di OANDA.
"Gelombang Omicron saat ini dapat menyebabkan tindakan pembatasan terbatas di seluruh AS, tetapi penguncian yang terjadi selama puncak pandemi tidak akan dilirik kembali," lanjut Moya.
Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS turun 4,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 10 Desember. Jumlah itu, lebih dari dua kali lipat ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,1 juta barel.
Berdasarkan data yang sama , produk yang dipasok oleh kilang, proxy untuk permintaan, melonjak dalam minggu terakhir menjadi 23,2 juta barel per hari (bph), karena kenaikan bensin, solar dan produk olahan lainnya.
Analis mengatakan, kenaikan tersebut mencerminkan ekspektasi untuk lonjakan orang yang bepergian untuk liburan dan melonggarnya kemacetan rantai pasokan yang memiliki lebih banyak truk di jalan yang mengirimkan barang.
Baca Juga: Pergerakan harga komoditas ini pengaruhi surplus neraca perdagangan
Sementara itu, Federal Reserve mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada bulan Maret 2022 dan mulai menaikkan suku bunga karena pengangguran tetap rendah dan inflasi telah meningkat.
"Keputusan kebijakan FOMC adalah jumlah hawkish yang tepat yang memungkinkan selera risiko tetap sehat dan mendukung pertumbuhan ekonomi, yang juga positif untuk permintaan minyak," tambah Moya.
Kekhawatiran yang tersisa tentang virus corona berhasil menahan kenaikan harga minyak untuk melaju lebih kencang.
Inggris dan Afrika Selatan melaporkan rekor harian kasus Covid-19 dengan omicron menyebar dengan cepat. Sedangkan, banyak perusahaan di seluruh dunia meminta karyawan untuk bekerja dari rumah, yang dapat membatasi permintaan minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News