kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45845,50   -13,12   -1.53%
  • EMAS1.342.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Logam Diproyeksi Tetap Solid di Tengah Sikap Hawkish The Fed


Jumat, 14 Juni 2024 / 20:34 WIB
Harga Logam Diproyeksi Tetap Solid di Tengah Sikap Hawkish The Fed
ILUSTRASI. Harga logam industri diproyeksi tetap solid meski bank sentral AS Federal Reserve mempertahankan suku bunga tinggi.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga logam industri diproyeksi tetap solid meski bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mempertahankan suku bunga tinggi. Stimulus China dan membaiknya perekonomian AS diharapkan menjadi pendukung pasar logam.

Teranyar, The Fed mengumumkan hanya akan memangkas suku bunga satu kali saja di 2024, berubah dari sebelumnya target tiga kali pemangkasan. Bank sentral AS itu juga masih mempertahankan suku bunga stabil di 5,25%-5,50% di pertemuan bulan Juni, Rabu (12/6).

Akibatnya, pasar komoditas tertekan, termasuk komoditas logam. Mengutip Bloomberg, harga tembaga kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 1,51% menjadi US$ 9.794 per ton di penutupan Kamis (13/6). Harga aluminium LME turun 0,72% menjadi US$ 2.557 per ton, timah LME turun 1,71% menjadi US$ 32.794, serta nikel turun 2,30% menjadi US$ 17.645 per ton.

Pemotongan suku bunga biasanya membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan fisik logam. Sementara pelemahan dolar AS pada gilirannya akan membuat logam yang dihargai dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono menilai, walaupun secara umum The Fed masih enggan memangkas bunga acuan, namun pemangkasan suku bunga hanya masalah waktu saja. Sehingga, dolar AS berpotensi akan melemah nantinya.

Baca Juga: Rupiah Pekan Ini Tertekan Narasi The Fed dan Perang Dagang Global

Logam dasar (base metal) kecuali nikel, masih memiliki prospek gemilang. Optimisme itu seiring dukungan dari stimulus China, kuatnya perekonomian Amerika, pemulihan ekonomi global pasca covid-19, serta ancaman suplai yang bisa mengerek harga.

“Secara umum, base metal masih cukup baik tahun ini,” ungkap Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (14/6).

Wahyu mengatakan, pasar komoditas logam masih bagus tahun ini dengan emas dan tembaga sudah capai level tertingginya. Perak, aluminium, serta timah pun masih bersinar. Sedangkan, nikel menjadi yang paling anjlok.

Aluminium bahkan sudah naik melampaui tembaga sebagaimana minat beli investor beralih. Awal bulan kemarin, aluminium berjangka sempat naik  di atas US$ 2.770 per ton menjadi level tertinggi dalam dua tahun terakhir, dan mencerminkan momentum kuat untuk logam dasar di tengah ancaman penurunan pasokan.

Baca Juga: Harga Logam Industri Turun Usai The Fed Umumkan Pemangkasan Bunga Satu Kali Saja

Wahyu menjelaskan, aluminium naik didukung kecemasan pasokan alumina yakni produk perantara antara bahan baku bauksit dan aluminium. Kekhawatiran ini muncul seiring pelemahan output dari China dan gangguan ekspor raksasa pertambangan Rio Tinto Australia.

Begitu juga tembaga yang sempat mencapai rekor di atas US$10.000 per ton seiring pasokan global yang lebih ketat dan meningkatnya konsumsi kendaraan listrik dan jaringan listrik. Harga tembaga telah naik sekitar 17% tahun ini karena kekhawatiran akan kekurangan, dengan tambang tambang tua diperkirakan akan kesulitan untuk mengimbangi permintaan.

Menurut Wahyu, tembaga berpotensi naik dalam dua tahun ke depan karena gangguan pasokan bertepatan dengan permintaan logam yang lebih tinggi. Meningkatnya permintaan yang didorong oleh transisi energi hijau dan penurunan kekuatan dolar AS di paruh kedua tahun 2024 akan menjadi bahan bakar pendukung harga tembaga.

Hanya saja, harga tembaga saat ini dinilai memang tengah dalam kondisi jenuh beli (overbought). Sehingga wajar apabila tembaga rentan koreksi harga.

Baca Juga: Menimbang Rotasi Portofolio Saham Saat Kondisi TIdak Pasti

Sementara itu, lanjut Wahyu, timah akan didukung oleh penjualan semikonduktor dan teknologi yang berkembang pesat dalam beberapa bulan mendatang. Ketatnya ekspor  Indonesia dan pemberhentian tambang di Myanmar akan menekan prospek pasokan.

Kalau nikel tengah berbalik dari keadaannya menjadi tertekan di tahun ini karena lonjakan pasokan keluar dari Indonesia dan meningkatnya konversi produk nikel kelas rendah menjadi logam berkualitas tinggi yang dapat dikirim ke gudang LME. Permintaan juga lemah akibat permintaan mobil listrik yang lebih rendah dari perkiraan terutama di Tiongkok dan kelebihan pasokan bahan baku yang besar di Indonesia.

“Tekanan turun nikel dapat berlanjut selama beberapa bulan ke depan, dalam jangka panjang mulai dari tahun 2025, sisi permintaan harus mempercepat dan menyeimbangkan kelebihan pasokan,” imbuh Wahyu.

Wahyu masih optimistis terhadap harga logam industri salah satunya dipengaruhi kebijakan Fed tidak cukup signifikan berdampak bagi harga. Dengan demikian, harga tembaga diperkirakan akan naik ke level US$ 10.000 per ton di akhir 2024, Aluminium naik ke US$ 2.600 per ton, timah naik ke US$ 34.000 per ton. Sedangkan, Nikel diperkirakan melemah ke US$ 17.000 per ton di akhir 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Negotiation For Everyone

[X]
×