Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed baru-baru ini menciptakan gelombang optimisme di pasar kripto. Saat ini, kenaikan harga aset kripto cukup signifikan terutama bagi Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).
Seperti diketahui, dalam konferensi pers terbaru, Ketua The Fed Jerome Powell, menyatakan sikap yang relatif tidak khawatir terhadap tingginya tingkat inflasi pada bulan Januari dan Februari 2024. Dia bahkan menyoroti kelemahan di pasar tenaga kerja.
Selain itu, dalam dot plot FOMC, jumlah anggota yang memproyeksikan tiga pemotongan suku bunga di tahun 2024 meningkat menjadi sembilan orang, dibandingkan dengan enam orang pada bulan Desember sebelumnya.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur melihat, pernyataan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sikap dovish dan bullish oleh pasar kripto. Reaksi pasar kripto terhadap pernyataan ini sangat signifikan, dengan terjadinya pembalikan harga secara menyeluruh.
Baca Juga: Usai Jatuh ke Bawah US$ 65.000, Begini Prediksi Harga Bitcoin
Bitcoin (BTC) berhasil melonjak kembali di atas US$67.000, sementara Ethereum (ETH) naik di atas US$ 3.500 setelah putusan Fed tersebut. Menariknya, kenaikan harga ini tampaknya didorong oleh permintaan perdagangan pasar spot. Data arus masuk ETF BTC spot pun dapat mengkonfirmasi permintaan BTC yang meningkat.
Sementara itu, kekhawatiran atas penurunan harga Ethereum terpantau telah mereda meskipun ada berita tentang upaya SEC untuk mengklasifikasikan ETH sebagai sekuritas. Ini menunjukkan bahwa sentimen pasar tetap positif, meskipun ada potensi hambatan regulasi.
Oleh karena itu, Fyqieh memandang bahwa kondisi pasar saat ini mungkin adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan strategi investasi seperti Dollar Cost Averaging (DCA). Dengan strategi tersebut, investor bisa mengumpulkan BTC atau ETH dengan harga yang lebih terjangkau, sebelum pasar bergerak naik lebih cepat.
"Strategi ini bisa sangat menguntungkan saat kita memasuki kuartal berikutnya dengan harapan kondisi pasar yang lebih kondusif,” ujar Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (21/3).
Fyqieh bilang, menjelang peristiwa halving, harga BTC tampaknya akan menjadi lebih volatil, menawarkan peluang bagi para trader yang berhati-hati untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga yang signifikan. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan risiko yang terkait dengan volatilitas pasar yang tinggi.
Halving Bitcoin secara historis telah memicu peningkatan harga dalam jangka panjang, sehingga strategi jangka panjang mungkin lebih menguntungkan dibandingkan dengan trading jangka pendek. Investor yang memiliki visi jangka panjang mungkin menemukan ini sebagai kesempatan untuk menambah posisi mereka di BTC, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan koreksi harga pasca-halving.
Baca Juga: Usai Koreksi ke Bawah US$ 65.000, Harga Bitcoin Bisa Menguat ke Level Lebih Tinggi?
Fyqieh menganalisis, Bitcoin telah berada jauh di atas Exponential Moving Average (EMA) 50 hari dan 200 hari yang menegaskan sinyal harga bullish. Penembusan harga Bitcoin di atas level resistensi US$69.000 akan mendukung pergerakan menuju all-time high (ATH) US$73.808. Kembalinya Bitcoin ke level ATH dapat membuat kenaikan mencapai level US$75.000 atau sekitar Rp 1,17 miliar.
Sebaliknya, jika penurunan kembali terjadi dan melewati level US$ 65.000 dapat membuat Bitcoin bergerak ke level support US$ 64.000. Pembacaan RSI 14 Harian menunjukkan BTC kemungkinan besar akan kembali ke ATH US$73.808 sebelum memasuki wilayah overbought.
“Pernyataan dovish dari FOMC telah memberikan angin segar bagi pasar kripto, terutama bagi BTC dan ETH. Dengan reaksi pasar yang sangat positif dan strategi investasi yang cerdas, para investor kripto memiliki peluang unik untuk mengoptimalkan portofolio mereka di tengah-tengah ketidakpastian ekonomi global,” tutup Fyqieh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News