Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nada hawkish The Fed tidak menggetarkan prospek harga emas. Di sisi lain, emas tetap mendapatkan dukungan dari pembelian oleh sejumlah bank sentral terutama China.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, menilai bahwa saat ini emas tengah mengalami set back atau kemunduran. Utamanya karena faktor prospek suku bunga the Fed, meredanya tensi di Timur Tengah, serta China yang tidak menambahkan kepemilikan emas sejak Mei lalu.
Seperti diketahui, Federal Reserve atau The Fed kembali mempertahankan suku bunga tingginya di saat inflasi telah bergerak melandai di level 5,25%-5,50% pada Rabu (12/6). Nada hawkish The Fed semakin kuat seiring rencana pemangkasan bunga acuan hanya satu kali saja untuk tahun 2024, dari sebelumnya direncanakan tiga kali.
Namun demikian, prospek jangka panjang emas masih berpotensi akan naik. Menurut Lukman, pernyataan the Fed tidak perlu dianggap serius karena tidak konsisten di tengah inflasi yang menurun. Selain itu, data tenaga kerja Amerika telah overestimated, menurut Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
“Nada ini menurut saya masih akan berubah dalam pertemuan berikutnya,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (13/6).
Baca Juga: Emas Diproyeksi Solid di Kisaran US$ 2.300, Walau Suku Bunga Tetap Tinggi
Seperti diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat inflasi tahunan AS secara tak terduga melambat menjadi 3,3% pada Mei, turun dari 3,4% pada April. Angka inflasi AS ini juga berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,4%.
Sementara itu, tingkat pengangguran di Amerika Serikat naik menjadi 4% pada Mei 2024, tertinggi sejak Januari 2022, naik dari 3,9% pada bulan sebelumnya dan mengejutkan ekspektasi pasar. Sedangkan, perekonomian AS menambahkan 272 ribu pekerjaan pada bulan Mei 2024, yang merupakan jumlah terbesar dalam 5 bulan, dibandingkan dengan 165 ribu pada bulan April, dan jauh di atas perkiraan sebesar 185 ribu.
Lukman menilai, idealnya harga emas akan berkonsolidasi di US$2.300-an, sambil menunggu data-data ekonomi Amerika dan pembelian emas dari China. Dengan asumsi tersebut, harga emas masih diperkirakan akan mencapai level US$2.500 per ons troi di akhir tahun 2024.
Baca Juga: Harga Emas Turun Setelah Sinyal Satu Kali Penurunan Suku Bunga The Fed Tahun Ini
Menurut Lukman, China akan kembali memborong emas untuk kebutuhan dedolarisasi dan diversifikasi cadangan devisa dolar ke emas.
Adapun bank sentral China PBoC di sepanjang tahun 2024 ini telah membeli sekitar 29 ton emas. Tahun 2023 lalu, PBoC memborong emas sebanyak 224,88 ton, jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan 62,2 ton pada tahun 2022.
Selain China, Singapura terus aktif menambahkan 10,8 ton emas di sepanjang tahun ini, berdasarkan data World Gold Council per Juni 2024. Tahun 2023 lalu, Singapura menjadi pembeli terbesar ketiga di dunia dengan jumlah pembelian 76,51 ton, setelah China dan Polandia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News