Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
Di pasar global, harga emas terus melambung. Merujuk Bloomberg, pada Jumat (21/2) harga emas di pasar spot menyentuh US$ 1.643,41 per ons troi. Harga ini merupakan harga tertinggi emas dalam tujuh tahun terakhir.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono melihat kondisi fundamental emas yang baik menjadi faktor pendorong tren bullish emas belakangan ini. Terlebih lagi belakangan ini virus corona ikut mendorong kenaikan harga emas.
Namun Wahyu menilai ada beberapa faktor yang bisa mendongkrak harga emas naik lebih tinggi lagi. Salah satu faktor tersebut adalah aging demographics dan stagflation.
“Stagflation sudah pernah terjadi pada tahun 1970-an dan itu disebabkan embargo minyak. Pada periode 2020 - 2030, stagflation mungkin terjadi lagi, hanya saja kali ini disebabkan oleh aging demographics,” terang Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2).
Aging demographics merupakan suatu kondisi di mana penduduk sudah banyak yang berada di fase tidak produktif.
Kondisi ini kemudian bisa mendorong dana kesehatan dan pensiun yang akan memberatkan anggaran negara.
Wahyu menyebut, stagflation merupakan waktu yang paling menguntungkan untuk berinvestasi.
Sebab ketika dulu stagflation terjadi, harga emas pada 1973 berada di level US$ 64 per ons troi dan begitu memasuki 1982 telah menyentuh US$ 447 per ons troi.
Harga emas masih bisa jauh lebih tinggi lagi di halaman selanjutnya >>