kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Harga CPO masih dalam tekanan


Jumat, 21 April 2017 / 10:48 WIB
Harga CPO masih dalam tekanan


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) bangkit dari level terendah dalam delapan bulan terakhir. Kemarin (20/4), harga CPO kontrak pengiriman Juli 2017 di Malaysia Derivative Exchange menguat 1,58% menjadi RM 2.504 per ton dibanding sehari sebelumnya.

Tapi, Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, penguatan CPO kemarin cuma merupakan rebound sesaat. Apalagi, pada Rabu (19/4), harga CPO menyentuh level terendah sejak Agustus 2016, yakni sebesar RM 2.465 per ton.

Dalam jangka pendek, harga CPO masih cenderung turun. Sentimen negatif masih menghantui harga CPO. Tekanan terbesar berasal dari kenaikan produksi CPO Malaysia. Pada Maret lalu, produksi Malaysia terkerek 16% menjadi 1,46 juta ton dibanding bulan sebelumnya.

Apalagi, kenaikan produksi ini merupakan yang pertama kali sejak September 2016. Persediaan CPO Malaysia Maret lalu juga melesat 6,5% menjadi 1,55 juta ton.

Sementara survei Bloomberg menunjukkan, pasokan CPO Indonesia bulan Maret kemungkinan naik signifikan, hingga 22%. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pasokan CPO di pasar akan membanjir. Maklum saja, sekadar mengingatkan, Indonesia dan Malaysia menyumbang sekitar 86% dari total pasokan CPO global. "Kalau produksi terus meningkat, ada potensi harga CPO masih akan terkoreksi," tutur Deddy, kemarin.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, kenaikan pasokan komoditas substitusi CPO menambah sentimen negatif. Produksi kedelai naik, terutama di Brazil dan Amerika Serikat (AS), yang merupakan produsen utama. Alhasil, harga minyak kedelai sebagai substitusi CPO tergerus. Ini membuat konsumen memilih minyak kedelai.

Langkah China menggerus margin pengolahan kedelai juga membuat harga minyak nabati turun. Ini akan berimbas pada turunnya impor CPO China sebagai salah satu pembeli terbesar di dunia. Padahal, CPO memenuhi sekitar 70% kebutuhan impor minyak nabati China, yakni sekitar 5 juta ton per tahun.

Tekanan pada harga bertambah setelah ada desas-desus tahun depan pemerintah China akan menjual 4,5 juta ton kedelai ke pasar global. Departemen Pertanian AS memperkirakan, impor kedelai China tahun 2016-2017 naik 4,6% menjadi 87 juta ton seiring upaya China membangun kembali peternakan babi.

Ancaman Eropa

Lalu masih ada pula ancaman dari resolusi sawit Eropa. Mulai 2020 mendatang, negara di kawasan Benua Biru hanya akan mengimpor minyak sawit yang ramah lingkungan. "Semua itu adalah sentimen negatif bagi CPO. Di kuartal II-2017 ini harga CPO masih negatif dengan kisaran pergerakan antara RM 2.200-RM 2.700 per ton," papar Wahyu.

Tapi, permintaan CPO global biasanya meningkat menjelang bulan Ramadan hingga usai lebaran. Di saat bulan Ramadan, konsumsi minyak sawit terutama di negara dengan mayoritas penduduk muslim biasanya meningkat. Jadi, ramadan dan lebaran diharapkan bisa ikut mendorong penguatan harga CPO

Deddy memperkirakan harga CPO hingga akhir kuartal II-2017 akan bergerak di kisaran RM 2.450-RM 2.710 per ton. Dalam jangka panjang, program campuran biodiesel pada bahan bakar minyak yang diterapkan di Indonesia dan Malaysia akan mampu mengangkat angka permintaan CPO secara signifikan. "Dengan demikian, harga CPO dapat terhindar dari kejatuhan," imbuh dia.

Dari sisi teknikal, Deddy melihat harga CPO bergulir di bawah moving average (MA) 50, MA100 dan MA200, sehingga menunjukkan tren negatif. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif. Indikator relative strength index (RSI) cenderung melemah di level 34. Sementara stochastic oversold di level 7, sehingga membuka peluang penguatan teknikal.

Karena itu, Deddy memprediksi harga CPO hari ini menguat terbatas dan bergerak di kisaran RM 2.400-RM 2.550 per ton. Sedangkan menurun analisa Wahyu, dalam sepekan ke depan harga CPO berpotensi melemah dan bergerak pada rentang RM 2.300-RM 2.600 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×