Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
Ancaman Eropa
Lalu masih ada pula ancaman dari resolusi sawit Eropa. Mulai 2020 mendatang, negara di kawasan Benua Biru hanya akan mengimpor minyak sawit yang ramah lingkungan. "Semua itu adalah sentimen negatif bagi CPO. Di kuartal II-2017 ini harga CPO masih negatif dengan kisaran pergerakan antara RM 2.200-RM 2.700 per ton," papar Wahyu.
Tapi, permintaan CPO global biasanya meningkat menjelang bulan Ramadan hingga usai lebaran. Di saat bulan Ramadan, konsumsi minyak sawit terutama di negara dengan mayoritas penduduk muslim biasanya meningkat. Jadi, ramadan dan lebaran diharapkan bisa ikut mendorong penguatan harga CPO
Deddy memperkirakan harga CPO hingga akhir kuartal II-2017 akan bergerak di kisaran RM 2.450-RM 2.710 per ton. Dalam jangka panjang, program campuran biodiesel pada bahan bakar minyak yang diterapkan di Indonesia dan Malaysia akan mampu mengangkat angka permintaan CPO secara signifikan. "Dengan demikian, harga CPO dapat terhindar dari kejatuhan," imbuh dia.
Dari sisi teknikal, Deddy melihat harga CPO bergulir di bawah moving average (MA) 50, MA100 dan MA200, sehingga menunjukkan tren negatif. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif. Indikator relative strength index (RSI) cenderung melemah di level 34. Sementara stochastic oversold di level 7, sehingga membuka peluang penguatan teknikal.
Karena itu, Deddy memprediksi harga CPO hari ini menguat terbatas dan bergerak di kisaran RM 2.400-RM 2.550 per ton. Sedangkan menurun analisa Wahyu, dalam sepekan ke depan harga CPO berpotensi melemah dan bergerak pada rentang RM 2.300-RM 2.600 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News