Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
Oscar juga menuturkan, adopsi institusional, seperti lewat ETF dan potensi kebijakan pemerintah AS, menunjukkan bahwa kripto kini masuk dalam perhitungan serius para pengambil kebijakan.
“Narasi bahwa bitcoin adalah alat spekulatif perlahan mulai tergantikan dengan posisi bitcoin sebagai penyimpan nilai dan pelindung kekayaan jangka panjang,” ujarnya.
Menurutnya, jika pemerintah besar seperti AS secara terbuka mempertimbangkan akumulasi bitcoin, maka kepercayaan terhadap teknologi blockchain dan aset digital akan meningkat signifikan, bukan hanya dari investor ritel tetapi juga dari lembaga keuangan dan negara-negara lain.
Baca Juga: Didukung Trump Effect, Harga Bitcoin Diperkirakan Capai US$ 88.000 di Akhir Tahun
Di sisi lain, Oscar juga menilai bahwa potensi gangguan makroekonomi seperti konflik dagang atau resesi tetap harus diwaspadai.
“Bitcoin memang bisa menjadi alternatif investasi yang sudah teruji, tetapi investor harus tetap disiplin dalam manajemen risiko. Jangan berinvestasi karena euforia sesaat,” tegasnya.
Oscar juga menyarankan penggunaan strategi investasi jangka panjang seperti Dollar-Cost Averaging (DCA), mengingat harga bitcoin saat ini berada pada titik konsolidasi.
Baca Juga: Harga Emas Stabil Pasca Aksi Jual, Investor Fokus ke Pertemuan Kebijakan The Fed
“DCA adalah strategi yang bisa mengurangi tekanan emosional dalam menghadapi volatilitas pasar, apalagi saat situasi ekonomi global belum stabil,” tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Bitcoin Stabil di Tengah Gejolak Geopolitik, Investor Tetap Hati-hati", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2025/04/21/102629126/harga-bitcoin-stabil-di-tengah-gejolak-geopolitik-investor-tetap-hati-hati?page=all#page2.
Selanjutnya: Perang Dagang China vs AS Memanas, Indonesia Harus Condong Kemana?
Menarik Dibaca: 3 Jurus Jitu Finansial untuk Perempuan ala Astra Life
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News