kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga Batubara Merangkak Naik, Analis Beberkan Pemicunya


Jumat, 23 Februari 2024 / 17:26 WIB
Harga Batubara Merangkak Naik, Analis Beberkan Pemicunya
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat batu bara di pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (20/2/2024). Harga Batubara Terus Merangkak Naik, Tren Positif Bakal Berlanjut atau Hanya Sementara?


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga batubara terus merangkak naik dari awal pekan ini. Permintaan yang meningkat dari China mendorong kenaikan harga batubara.

Mengutip Barchart.com, harga batubara Newcastle untuk kontrak berjangka Maret 2024 naik 0,65% menjadi US$ 124,75 per ton di penutupan hari Kamis (22/2). Harga batubara kontrak tersebut sudah naik 3,31% dari posisi awal pekan US$ 120,75 per ton, Senin (19/2).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, harga batubara mengalami lonjakan seiring terjadinya peningkatan permintaan dari pembangkit listrik tenaga batubara di China dan lonjakan permintaan dari India.

Baca Juga: Harga Batubara Turun, Kinerja ITMG Tergerus

Sutopo menjelaskan, China mulai menerapkan lonjakan izin pembangkit listrik tenaga batubara sejalan dengan gelombang kekurangan listrik pada tahun 2021.

Padahal, China telah berjanji untuk mengendalikan secara ketat kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara baru, dan juga telah menghubungkan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga angin dan surya baru ke jaringan listriknya.

“Kebutuhan mendasar inilah yang mendorong harga batubara,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).

Selain itu, Sutopo melihat aspek kenaikan harga minyak belakangan ini turut dipengaruhi tensi politik yang menyumbang kenaikan harga batubara. Serta, dari segi data PMI global yang menunjukkan sedikit peningkatan terus mendongkrak harga minyak dan gas (migas).

Baca Juga: Laba Bersih Tergerus 58%, Simak Prospek Saham Indo Tambangraya (ITMG)

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, harga batubara naik berkat dorongan peningkatan permintaan terutama dari China karena menurunnya produksi energi dari pembangkit tenaga air.

Investor juga mengantisipasi langkah stimulus tambahan dari pemerintah China menyusul langkah-langkah dukungan belakangan ini seperti pada bursa saham dan penurunan suku bunga pinjaman.

“Begitu pula permintaan batubara cukup kuat dari India, Korea dan Jepang,” imbuh Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).

Di samping itu, Lukman juga menilai kenaikan harga batubara karena dukungan dari harga minyak mentah dunia yang sudah stabil dan cenderung naik.

Baca Juga: Sri Mulyani Waspadai Tren Kontraksi Harga Komoditas yang Masih Berlanjut Tahun Ini

Hanya saja, dia memperkirakan kenaikan harga batubara ini hanya musiman (seasonal), dan permintaan setahun penuh diperkirakan masih akan tetap lebih rendah darpada tahun 2023.

Kendati diperkirakan masih akan tertekan, Lukman melihat potensi harga batubara akan didukung oleh level teknikal support di US$ 100 - US$ 115 per ton di tahun 2024, dengan kemungkinan downside terbatas.

Kalau Sutopo memperkirakan harga batubara akan diperdagangkan pada harga US$127,5 per ton pada akhir kuartal I-2024 ini.

Proyeksi tersebut karena mempertimbangkan peningkatan tambahan dari China dan India. Kenaikan ini masih sangat terbatas, karena perlambatan pertumbuhan ekonomi China masih menjadi kendala utama.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Sektor Pilihan Saat Ketidakpastian Ekonomi Global Terjadi

Menurut dia, tahun ini harga batubara masih akan relatif mendatar. Belum ada peningkatan besar karena inflasi yang masih kaku tetap menjadi kendala bagi bank sentral untuk tetap mempertahankan suku bunga tinggi.

“Artinya ini menjadi beban bagi perusahaan-perusahaan sektor energi yang berimbas pada harga komoditas,” tandas Sutopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×