kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hampir seluruh emiten besar mengalami penurunan kapitalisasi pasar


Sabtu, 05 Mei 2018 / 12:07 WIB
Hampir seluruh emiten besar mengalami penurunan kapitalisasi pasar
ILUSTRASI. Papan Elektronik Perdagangan Saham di Gedung BEI


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Yudho Winarto

Prospek saham kapitalisasi besar

Jika bicara mengenai BBCA dan BBRI, Frederik memandang dua bank ini merupakan proxy dari ekonomi Indonesia. Maksudnya, setiap investor percaya perekonomian Indonesia bakal membaik, dua saham bank ini selalu menjadi pilihan bagi investor asing.

Nah, kondisi BBCA dan BBRI bisa dikatakan masih bisa berkembang, karena secara kinerja keduanya juga masih membukukan kenaikan laba bersih. BBCA dipandang Frederik merupakan bank transaksi yang terbesar untuk swasta, artinya memiliki kekuatan dalam hal jumlah fee based income yang tinggi serta memiliki keunggulan dalam foreign exchange. Plus, likuiditas BBCA cukup kuat.

BBRI menurutnya menjadi proxy ekonomi Indonesia secara umum. Pasalnya, BBRI memiliki cabang di mana-mana, di seluruh Indonesia sementara BBCA lebih terkonsentrasi di Jawa. Selain itu, BBRI fokus dalam penyaluran kredit mikro. Jadi, secara ekonomi keseluruhan dimana piramidanya lebih banyak kelas menengah dan menengah bawah, maka BBRI bisa menjadi tolok ukur juga.

Saham BBCA dan BBRI dipandang Frederik memandang masih menarik, karena dua bank ini masih rutin membagi dividen dan dividen payout ratio-nya cukup besar juga. Selain itu, harga saham kedua bank ini sudah terdiskon cukup dalam, lantaran sejak sebulan lalu saham-saham big cap terkena aksi jual, termasuk perbankan. Namun, jika investor percaya ekonomi Indonesia masih mampu untuk bertumbuh, tentu saham kedua bank ini tetap menarik.

Sementara, untuk UNVR Frederik tidak melihat saham ini memiliki prospek yang bagus dalam jangka pendek bukan karena valuasinya yang sudah terlalu mahal, melainkan secara year on year (yoy) UNVR labanya mengalami penurunan. Sebuah kondisi yang selama lima tahun ke belakang tidak pernah didengar oleh Frederik.

Untuk saham UNVR Frederik merekomendasikan hold untuk investor, karena hasil kinerja kuartal I-2018 kurang bagus. Selain itu, menjelang bulan puasa investor sebaiknya tetap menunggu.

Sebab, tren dua tahun terakhir untuk UNVR meski memasuki bulan puasa sekalipun, ternyata penjualan justru tidak terlalu terangkat. “Seharusnya memasuki puasa angka penjualan ritel justru naik, tapi ini kok tidak, kan aneh. Jadi, lebih baik tunggu dulu,” ujarnya.

Bagi HMSP sendiri, akibat kenaikan cukai yang memukul margin HMSP maka investor sebaiknya menunggu dulu apakah ada produk dari HMSP yang bisa menarik atau memberikan margin lebih. Meski tidak meng-cover secara detail HMSP, namun Frederik tidak mendengar adanya produk semacam itu.

Untuk BBCA dan BBRI sendiri, Frederik tidak memiliki target harga secara spesifik. Namun, untuk saham perbankan yang ada dalam jajaran 10 besar saham berkapitalisasi besar, Frederik menyebut BBNI juga cukup menarik, target harganya Rp 10.900 per saham.

 Alasan mengapa BBNI masih menarik lantaran bunga kreditnya sendiri sudah turun, yang terendah dibanding bank-bank besar lain malah namun laba masih meningkat karena fee based income dan trade financing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×