Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor all time high pada awal pekan ini. Tak sedikit pelaku pasar yang melepas sebagian saham blue chip untuk masuk ke saham sektor pertambangan, yang sejak awal tahun menjadi pendorong rekor indeks. Akibatnya, peta saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun berubah.
Satu saham yang menjadi sorotan, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Sejak awal 2018, kapitalisasi pasar atau market cap TLKM sudah anjlok ke peringkat kelima dengan nilai kapitalisasi Rp 501 triliun atau setara 5,5% dari total market cap IHSG.
Padahal, Januari 2017, TLKM masih menempati posisi kedua dengan nilai kapitalisasi Rp 390,09 triliun atau setara 6,78% dari total market cap IHSG.
Posisi TLKM saat ini digeser oleh saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Pergeseran ini tak lepas dari posisi TLKM yang menjadi pemberat atau laggard IHSG. Sejak awal tahun, saham TLKM menjadi laggard terbesar. Saham TLKM telah mengurangi poin indeks sebesar 41,7 poin setelah harga sahamnya turun lebih dari 10%.
Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, banyak investor yang melepas saham TLKM lantaran sentimen Satelit Telkom 1 yang belum sepenuhnya hilang, meski insiden anomali satelit sudah terjadi sejak Agustus tahun lalu.
David bilang, pengaruh negatif atas anomali tersebut akan tercermin di pembukuan TLKM 2017. Meski belum bisa mengukur seberapa besar pengaruhnya, David menilai hal ini krusial. "Ini tercermin dari net sell asing, karena mereka melihat sentimen itu krusial," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1).
Mengutip data RTI, net sell asing atas saham TLKM memang tergolong besar. Per Rabu (24/1), net sell asing tercatat Rp 246,49 miliar di seluruh pasar. Sehingga, sejak awal tahun, saham TLKM telah mengakumulasi net sell Rp 1,39 triliun di seluruh pasar.
Hingga penutupan Kamis, (25/1), net sell asing masih berlanjut, sebesar Rp 160,58 miliar. Sehingga, saham TLKM hingga penutupan sore melemah 0,25% ke level Rp 3.970 per saham. Penurunan ini lebih rendah dibanding penurunan sehari sebelumnya yang mencapai 2,6% ke level Rp 3.980 per saham.
David menambahkan, hingga saat ini belum ada sentimen ekspansi yang mampu mengalihkan perhatian pasar kembali melirik saham TLKM. "Waktu emiten lain berjalan, TLKM berlari. Sekarang, emiten lain berlari, TLKM sedang mengambil napas," jelas David.
Meski demikian, David memastikan tidak ada yang salah dengan fundamental TLKM. Valuasinya malah sudah jauh lebih menarik, dengan posisi price earning ratio (PER) 16,75 kali. Bandingkan dengan saham PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang memiliki PER masing-masing sebesar 21,18 kali dan 100 kali.
"Kami masih buy semua emiten BUMN, untuk TLKM target harga Rp 4.400 per saham," pungkas David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News