Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nilai tukar rupiah merosot sepanjang pekan ini. Tekanan besar datang dari faktor eksternal dengan daya dukung dari internal yang minim.
Di pasar spot, Jumat (13/11) rupiah tergores pelemahan 0,64% ke level Rp 13.685 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Posisi rupiah ini pun sudah merosot 0,89% dalam sepekan terakhir.
Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah melemah 0,42% di level Rp 13.633 per dollar AS dengan terkikis 0,61% dalam sepekan terakhir.
David Sumual, Ekonom Bank BCA menuturkan memang sepanjang pekan ini dominasi eksternal tinggi. Sebabnya, baik dari Amerika Serikat, China dan Eropa semuanya mengarah pada sentimen negatif bagi rupiah. Potensi kenaikan suku bunga The Fed melambungkan USD.
Ini menyulitkan mata uang yang berlawanan dengan USD termasuk rupiah. "Sedangkan China datanya terhitung mixed, tapi beberapa yang utama negatif sehingga ikut menekan mata uang asia lainnya seperti rupiah," jelas David.
Inflasi, produksi industri dan investasi di fixed asset China merosot, hanya data penjualan ritel yang positif.
Terakhir, arah testimoni European Central Bank (ECB) yang disampaikan oleh Gubernur Mario Draghi pun bernada dovish. Pernyataan ini jelas menguntungkan USD. "Pelemahan euro memberikan peluang bagi USD terangkat," kata David.
Maka tidak heran rupiah pun gagal mempertahankan keunggulannya di hadapan USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News