Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Fokus perhatian pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed sepanjang pekan ini menenggelamkan rupiah. Imbas positifnya data ketenagakerjaan AS akhir pekan lalu menyeret valuasi mata uang Garuda yang minim sokongan data dalam negeri.
Di pasar spot, Jumat (13/11) rupiah tergores pelemahan 0,64% ke level Rp 13.685 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Posisi rupiah ini pun sudah merosot 0,89% dalam sepekan terakhir. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah melemah 0,42% di level Rp 13.633 per dollar AS dengan terkikis 0,61% dalam sepekan terakhir.
Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan sepanjang pekan ini optimisme pelaku pasar akan kenaikan suku bunga The Fed memang cukup tinggi. Dari hasil survey fund-futures, peluang itu sudah naik menjadi 66%.
Efeknya memang index USD melambung signifikan. “Di pertengahan pekan rupiah sempat unggul, itu karena aksi profit taking pasar setelah USD melesat signifikan,” kata Christian.
Karena pada dasarnya pergerakan rupiah masih didominasi oleh sentimen dari eksternal. China pun tidak banyak menolong. Sepekan ini sajian data negeri Tirai Bambu variatif.
Inflasi, produksi industri dan investasi di fixed asset merosot, hanya data penjualan ritel yang positif. “Sehingga dari Asia tidak banyak yang bisa menopang rupiah,” jelas Christian.
Dari dalam negeri pun serupa. Transaksi berjalan di neraca pembayaran Indonesia triwulan tiga 2015 masih mengalami defisit 1,86% atau sebesar US$ 4 miliar. Walaupun data ini lebih baik dari bulan sebelumnya yang defisit US$ 4,2 miliar atau 1,95% namun data ini masih terhitung negatif.
Ditambahkan Christian pun data penjualan motor Indonesia Oktober 2015 turun 19,2% dari sebelumnya hanya turun 9,4%. “Sajian data ekonomi dalam negeri ikut mendesak posisi rupiah,” ujar Christian. Hal ini yang membuat rupiah terus merunduk sepanjang pekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News