Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penguatan yang didulang rupiah kian menipis. Bahkan pergerakan cenderung flat hingga penutupan.
Di pasar spot, Kamis (12/11) valuasi rupiah merangkak unggul 0,02% ke level Rp 13.597 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah menguat 0,01% di level Rp 13.575 per dollar AS.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menjelaskan hal ini sepenuhnya datang dari faktor eksternal. Aksi profit taking yang dilakukan pelaku pasar terhadap posisi USD yang sempat melambung tajam akhir pekan lalu, menjadikan USD sedikit tercederai.
Hingga pukul 15.05 WIB index USD terkoreksi 0,06% ke level 98,95. “Kesempatan ini memberi ruang bagi rupiah dan beberapa mata uang dunia lainnya mengungguli USD,” jelas Josua.
Selain itu positifnya data penjualan ritel China Oktober 2015 yang naik dari 10,9% ke level 11,0% juga ikut menopang mata uang Asia menguat.
Dari dalam negeri sendiri memang minim sentimen. “Paling hanya lelang SUN yang oversubscribe kemarin ikut menopang,” tambah Josua.
Pada Selasa (10/11) lalu lelang Surat Utang Negara (SUN) total serapan mencapai Rp 9 triliun dengan total penawaran mencapai Rp 13,6 triliun.
“Itu sinyal masih tingginya minat investor terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia,” jelas Josua. Itu cukup memberi dukungan sentimen positif bagi rupiah.
Namun memang pergerakan cenderung wait and see lebih disebabkan pelaku pasar menanti data ekonomi lanjutan dari Amerika Serikat yang semakin memperbesar peluang kenaikan suku bunga di Desember 2015 nanti. "Serta menunggu keputusan BI Rate pekan depan sehingga cenderung flat pergerakannya," jabar Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News