kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.763   -8,00   -0,05%
  • IDX 7.431   -74,56   -0,99%
  • KOMPAS100 1.147   -10,24   -0,88%
  • LQ45 907   -5,80   -0,64%
  • ISSI 225   -2,74   -1,20%
  • IDX30 468   -1,94   -0,41%
  • IDXHIDIV20 563   -1,02   -0,18%
  • IDX80 131   -1,00   -0,76%
  • IDXV30 138   -1,06   -0,76%
  • IDXQ30 156   -0,43   -0,28%

Ini Penyebab Laba Antam (ANTM) Turun 22,53% Saat Penjualan Melonjak


Kamis, 31 Oktober 2024 / 10:32 WIB
Ini Penyebab Laba Antam (ANTM) Turun 22,53% Saat Penjualan Melonjak
ILUSTRASI. Laba Antam (ANTM) turun 22,5% menjadi Rp 2,2 triliun saat pendapatan naik 39,8% menjadi Rp 43,2 triliun per kuartal III-2024


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa top line dan bottom line PT Aneka Tambang Tbk alias Antam tidak sejalan dalam periode sembilan bulan 2024. Laba bersih emiten bersandi saham ANTM di Bursa Efek Indonesia ini merosot ketika terjadi kenaikan penjualan.

ANTM meraup penjualan senilai Rp 43,20 triliun hingga September 2024. Meningkat 39,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY), yang kala itu sebesar Rp 30,89 triliun.

Hanya saja, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi, yakni sebesar 57,62% (YoY) menjadi Rp 39,09 triliun. Hasil ini memangkas laba kotor ANTM sebanyak 32,67% (YoY) dari Rp 6,09 triliun menjadi Rp 4,10 triliun hingga September 2024.

Sejalan dengan itu, laba usaha ANTM ikut menyusut sebesar 44,31% (YoY) menjadi Rp 1,86 triliun sampai dengan kuartal III-2024. ANTM membukukan laba periode berjalan senilai Rp 2,23 triliun atau turun 21,47% secara tahunan. 

Secara bottom line, ANTM meraih laba bersih senilai Rp 2,20 triliun hingga September 2024. Keuntungan ANTM turun 22,53% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 2,84 triliun yang diperoleh pada September 2023 lalu. 

Baca Juga: Kenaikan Harga Komoditas Bakal Jadi Katalis Pendorong Kinerja Antam (ANTM)

Direktur Utama ANTM Nico Kanter mengungkapkan ANTM mampu mencatatkan EBITDA positif senilai Rp 3,93 triliun dalam periode sembilan bulan 2024. Menurut Nico, capaian hingga kuartal III-2024 menunjukkan kemampuan ANTM dalam menjaga stabilitas dan daya saing di tengah berbagai tantangan global.

Nico menyoroti kondisi makro ekonomi yang berpengaruh terhadap harga komoditas. Kemudian, ada kondisi terkait regulasi dalam negeri yang memiliki dampak pada kinerja produksi dan penjualan ANTM.

Di tengah kondisi pasar yang menantang, ANTM mengusung operation excellecence untuk mencapai target produksi dan penjualan, marketing yang agresif untuk komoditas emas, serta strategi efisiensi biaya di segala lini operasi.

"Kami terus berkomitmen memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan," ujar Nico dalam keterbukaan informasi, Kamis (31/10).

Pada periode sembilan bulan 2024, Nico mengungkapkan ANTM masih dihadapkan pada tantangan operasional yang disebabkan oleh kendala perizinan. Meski begitu, ANTM bisa mengoptimalkan kinerja produksi dan penjualan, terutama pada komoditas nikel.

Sementara peningkatan permintaan dalam negeri dan strategi pemasaran telah mendorong kinerja penjualan komoditas emas yang signifikan. Secara keseluruhan, kontribusi penjualan bersih domestik mencapai Rp 39,79 triliun atau sekitar 92% dari total penjualan bersih ANTM hingga kuartal III-2024. 

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 Menjadi Rp 1.567.000 Per Gram Pada Hari Ini (31/10)

"Strategi kami memperkuat basis pelanggan domestik telah memberikan dampak signifikan. ANTM tidak hanya memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tapi juga membangun ketahanan bisnis dari tantangan geopolitik dan ekonomi global," terang Nico.

Pada periode sembilan bulan 2024, ANTM meningkatkan pangsa pasar domestik melalui produk segmen emas yang berkontribusi sebesar 83% terhadap total penjualan. Nilai penjualan segmen emas mencapai Rp 35,70 triliun atau melonjak 85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 19,29 triliun.

Sampai dengan September 2024, ANTM mencapai total volume produksi logam emas dari tambang perusahaan sebesar 743 kg (23.888 troy oz). Penjualan emas ANTM meningkat sekitar 47% (YoY) dari 19.460 kg (625.654 troy oz) menjadi 28.567 kg (918.450 troy oz).

Segmen nikel (produk feronikel dan bijih nikel) berkontribusi sebesar 14% terhadap total penjualan, dengan nilai Rp 6,10 triliun. Kinerja penjualan segmen nikel dipengaruhi oleh tantangan perizinan yang terjadi di awal tahun 2024, sehingga berdampak pada kinerja penjualan.

Sepanjang sembilan bulan 2024, volume produksi feronikel ANTM mencapai 15.244 ton dalam feronikel (TNi). Sedangkan volume penjualan produk feronikel sebesar 11.691 TNi.

Sementara untuk produk bijih nikel, volume produksinya mencapai 7,30 juta wet metric ton (wmt). Volume penjualan bijih nikel ANTM hingga September 2024 tercatat sebesar 5,71 juta wmt.

 

Kontribusi dari segmen bauksit dan alumina sebesar 3% terhadap total penjualan ANTM, yakni senilai Rp 1,16 triliun. Volume produksi bauksit yang digunakan sebagai bahan baku bijih pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) serta penjualan kepada pihak ketiga mencapai 637.713 wmt.

ANTM telah memasarkan produksi bauksit, sejalan dengan diperolehnya perizinan. ANTM mencatatkan total penjualan bauksit sebanyak 97.430 wmt. Sementara untuk produk alumina, ANTM melalui entitas anak yang mengoperasikan pabrik CGA Tayan, PT Indonesia Chemical Alumina telah memproduksi 105.883 ton alumina.

Volume penjualan produk alumina hingga kuartal III-2024 mencapai 133.065 ton alumina. Meningkat 23% dari capaian penjualan alumina pada sembilan bulan 2023, yang kala itu sebesar 108.351 ton.

Sementara itu, dari sisi pergerakan saham, harga ANTM menurun 3,68% ke level Rp 1.570 per saham hingga pukul 10:14 WIB pada Kamis (31/10). Secara year to date, harga saham ANTM mengakumulasi pelemahan 7,92%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×