Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah menguat di awal pekan. Senin (30/10), nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,30% ke level Rp 15.890 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.939 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,16% menuju level Rp 15,916 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.941 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, rupiah sudah menguat sejak awal sesi perdagangan Senin di tengah berlanjutnya penguatan dolar Australia (AUD) terhadap dolar AS (USD). AUD menguat di hadapan USD berkat data penjualan ritel Australia yang positif, disertai ekspektasi kenaikan harga bijih besi yang dipengaruhi oleh optimisme pasar terhadap pemangku kebijakan Tiongkok untuk mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Sebagian mata uang Asia cenderung menguat terhadap dolar AS di tengah ekspektasi berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di Asia, di tengah tren kenaikan harga komoditas terutama minyak mentah dan penguatan dolar AS,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (30/10).
Baca Juga: Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Suku Bunga Tak Menghambat Investasi di IKN
Pengamat Mata Uang Lukman Leong mencermati bahwa terdapat sentimen agak khusus bagi penguatan rupiah, mata uang regional, dan Asia di perdagangan awal pekan ini. Padahal, dolar AS sendiri masih cukup stabil.
Menurut Lukman, penguatan tipis rupiah karena investor cenderung wait and see menantikan serangkaian data ekonomi penting dan juga pertemuan bank sentral dunia terutama FOMC. Dari domestik, sentimen datang dari data inflasi yang diperkirakan menunjukkan laju kenaikan tahunan maupun bulanan yang bakal dirilis Rabu, 1 November 2023.
“Kenaikan pada inflasi di Indonesia memicu harapan apabila BI bisa kembali menaikkan suku bunga,” jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (30/10).
Baca Juga: Intip Prospek Pergerakan Rupiah Jelang Pertemuan The Fed pada Awal November
Kendati demikian, Lukman melihat, dolar AS masih sangat kuat. Oleh karena itu, rupiah diperkirakan sulit untuk menunjukkan penguatan lanjutan di perdagangan Selasa (31/10).
“Faktor utama masih berasal dari dolar AS dan perang Israel-Hamas yang makin intens,” imbuh dia.
Josua menambahkan, pelaku pasar akan fokus mencermati rapat FOMC yang akan berlangsung tanggal 31 Oktober–1 November. Sebab, ada kemungkinan The Fed justru akan mempertahankan suku bunga acuannya.
“Pelaku pasar secara khusus akan fokus terutama pada pernyataan dari Powell terkait arah suku bunga Fed karena Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga FFR di level 5,5% pada rapat FOMC pekan ini,” tutur Josua.
Josua memproyeksikan USD/IDR berada dalam rentang Rp 15.850 per dolar AS–Rp 15.950 per dolar AS di perdagangan Selasa (31/10). Sedangkan Lukman memprediksi rentang rupiah di kisaran Rp 15.850 per dolar AS–Rp 15.950 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News