Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah masih tertunduk lesu di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pelaku pasar saat ini tertuju pada pertemuan bank sentral AS di awal November mendatang.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mencermati, pergerakan pasar uang global saat ini masih volatile dipengaruhi sentimen eksternal terutama perkembangan AS. Perekonomian Amerika Serikat masih menguat ditandai dengan masih meningkatnya berbagai indikator ekonomi seperti penjualan ritel, penjualan rumah, dan aktivitas manufaktur.
Di pasar tenaga kerja juga masih kuat menopang perekonomian AS, dimana penciptaan lapangan kerja yang kuat telah menemui peningkatan pasokan pekerja yang disambut baik karena partisipasi yang lebih tinggi dan rebound imigrasi ke tingkat pra-pandemi.
Namun demikian, risiko perlambatan ekonomi global dan ketegangan geopolitik berpotensi untuk memperlambat perekonomian.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Kemenperin Optimalkan Penyerapan Produk Manufaktur dalam Negeri
Reny melihat, saat ini pelaku pasar sedang menantikan kepastian terkait suku bunga The Fed. Pertemuan Bank Sentral AS itu dijadwalkan pada tanggal 1-2 November mendatang yang diperkirakan bakal mengerek suku bunga acuan.
“The Fed melihat inflasi akan tetap berada di level yang masih sulit mencapai target 2% sehingga ruang untuk menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut atau menahan suku bunga di level yang tinggi lebih lama masih terbuka,” ujar Reny kepada Kontan.co.id, Senin (30/10).
Sikap The Fed yang masih belum menegaskan kapan langkah pengetatan kebijakan moneter akan berakhir berdampak negatif terhadap pasar. Dolar indeks terpantau masih berada di kisaran level 105 – 106 yang mengindikasikan penguatan USD masih berlanjut terhadap major currencies.
Oleh karena itu, Reny masih melihat tekanan pasar akan berlanjut. Pada FOMC Meeting November 2023, The Fed diprediksi masih akan mempertahankan Fed Funds Rate sebesar 5,5%. Pasar akan menunggu kepastian terhadap arah suku bunga selanjutnya.
Tim riset ekonomi Bank Mandiri, memperkirakan rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamentalnya dalam jangka panjang didukung fundamental ekonomi domestik yang solid.
Baca Juga: Rupiah Masih Menjadi Batu Sandungan Bursa Saham
Untuk memitigasi volatilitas eksternal, Bank Indonesia akan terus melanjutkan triple interventions, twist operation, implementasi DHE, dan melelang instrumen terbaru seperti SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan menyerap aliran dana asing.
Dengan perkembangan data terkini, Bank Mandiri memperkirakan prognosis rupiah akan berada di rentang Rp 15,300 – Rp 15,700 per dolar AS pada akhir tahun 2023 karena ditopang oleh kebijakan fundamental ekonomi yang kuat dan harapan kebijakan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News