Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor di pasar modal Indonesia terus geliat dan bertambahnya di tengah pandemi Covid-19. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor sebanyak 3,9 juta Single Investor Identification (SID) atau melonjak 56% jika dibandingkan dengan posisi di akhir tahun 2019.
Investasi di pasar modal banyak digemari publik saat ini khususnya kaum milenial. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) juga menunjukkan demografi investor untuk usia di bawah 30 tahun berjumlah 54,8% dan usia 31-40 tahun berjumlah 22,6% dari total investor pasar modal di Indonesia, dapat dikatakan lebih dari 75% investor pasar modal Indonesia berada pada usia muda atau produktif.
Baca Juga: BEI berencana hilangkan informasi kode broker, begini tanggapan mantan dirut BEI
Grant Thornton Indonesia melihat, banyaknya investor baru ini patut menjadi perhatian, terlebih lagi dengan munculnya fenomena pom-pom dimana saham dipompa (pump) agar harganya melejit oleh individu atau kelompok sehingga tampak menggiurkan. Fenomena ini juga bersamaan dengan maraknya influencer yang ikut membicarakan soal investasi saham dengan merekomendasikan saham tertentu sehingga semakin meningkatkan antusiasme publik untuk berinvestasi saham.
Fenomena ini membuat saham dianggap sebagai instrumen investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang relatif tinggi. "Namun, sama seperti investasi pada umumnya, potensi keuntungan yang tinggi dari investasi saham juga tentu diikuti dengan risiko yang tinggi, fakta ini yang seringkali kurang diperhatikan investor pemula," ujar Marvin Camangeg, Advisory Director Grant Thornton Indonesia.
Marvin menambahkan, performa beberapa perusahaan yang sempat mengalami kenaikan harga saham hingga ratusan persen juga mendorong banyaknya investor newbie menjadi merasa FOMO (Fear of Missing Out). Dimana, mereka akhirnya bertindak impulsif hanya karena takut ketinggalan momentum untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat.
Baca Juga: BEI berencana hilangkan informasi kode broker, mantan dirut BEI buka suara
Pada akhirnya banyak investor pemula yang salah kaprah dengan menginvestasikan uang untuk kebutuhan sehari-hari bahkan berutang dengan bunga besar. Investor tadinya berharap mendapat keuntungan cepat justru banyak yang berakhir dengan rugi besar.
Marvin berharap, investor pemula belajar dan meningkatkan pemahaman terlebih dahulu sebelum berinvestasi saham. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti webinar dan workshop tentang pasar modal yang sering diselenggarakan oleh instansi berkaitan ataupun bergabung dengan komunitas pemain saham sehingga para investor pemula bisa langsung mendengarkan dan belajar dari orang – orang yang sudah berpengalaman dalam bermain saham.
"Pelajaran yang dapat dipetik di sini adalah pasar saham dapat diibaratkan seperti rimba. Kita akan menemukan berbagai jenis hewan. Ada hewan yang kuat secara alami karena ukuran tubuhnya yang besar, namun ada juga ada hewan yang kuat semata-mata karena mereka selalu bergerombol dalam jumlah besar," jelas Marvin.
Selain itu sekarang teknologi juga telah mengubah aturan permainan. Jadi sebelum berinvestasi saham, perlu memahami profil resiko perseorangan, tetap rasional dan tidak bergantung pada intuisi saja waktu pemilihan saham. Selalu mencari bantuan dari para penasihat investasi yang dapat membantu dan memberikan bimbingan dalam keputusan berinvestasi.
Fenomena pom pom investasi juga terjadi di luar negeri. Salah satunya kenaikan saham Gamestop, perusahan video game, secara signifikan menjadi perbincangan hangat dan menjadi sorotan khusus secara global beberapa waktu lalu. Meroketnya harga saham Gamestop bermula dari pembicaraan para investor retail melalui forum Reddit, ‘WallStreetBets’. Kenaikan harga saham Gamestop disinyalir sebagai fenomena pom-pom saham yang memang
sedang ramai terjadi.
Baca Juga: Investor tolak rencana BEI sembunyikan kode broker, berikut alasannya
Para investor kecil ini bergabung dan saling mengajak satu sama lain untuk membeli saham Gamestop secara massal. Meskipun, aksi masif pembelian saham itu membuat harga saham Gamestop melesat. Kenaikan tersebut memaksa para hedge fund besar yang memakai saham Gamestop untuk transaksi short selling (jual kosong) merugi.
Dalam short selling, investor meminjam saham yang belum dimilikinya dari broker saham, kemudian menjualnya dengan harga tinggi. Kemudian membelinya kembali dengan harga lebih rendah, dengan tetap mempertahankan selisihnya. Akan tetapi jika suatu saham tiba-tiba melonjak, maka investor tersebut terpaksa harus membelinya kembali dalam keadaan rugi.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengakui jika bukan tidak mungkin hal itu akan terjadi di BEI. Namun, dia menegaskan, jika hal tersebut terjadi seharusnya dilandasi dengan pemahaman yang benar terhadap prospek saham tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News