Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Reksadana berbasis saham sektor keuangan belum mencatat kinerja memuaskan. Salah satunya, exchange traded fund (ETF) Premier Indonesia Financial yang membukukan minus dalam satu tahun terakhir.
Data Infovesta Utama menunjukkan produk ini berkinerja minus 14,16% dalam satu tahun terakhir per 8 April 2016. Kinerja tersebut di bawah acuannya, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang minus 11,66% pada periode yang sama.
Ernawan Rahmat Salimsyah, Chief Investment Officer dan Director Indo Premier Investment Management (IPIM), pengelola reksadana tersebut mengatakan kinerja ETF dipengaruhi hasil pertemuan Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang tidak mengurangi produksi minyak dan memicu turunnya harga minyak dunia ke level terendah US$26,21 per barrel.
Selain itu, inflasi yang masih rendah menyebabkan Bank Indonesia (BI )menurunkan kembali suku bunga acuannya di bulan Februari sebesar 25bps menjadi 7%. Menurut dia, penurunan BI rate memberikan sentimen positif pada perdagangan domestik sehingga IHSG selama bulan Februari tercatat 3,38%.
"Di bulan Februari 2016, kinerja imbal hasil Premier ETF Indonesia Financial mengikuti dengan ketat IHSG yang menjadi tolok ukur meski sedikit tertinggal," ujar Ernawan, Senin (11/4).
Menilik fund factsheet Februari 2016, ETF ini menempatkan sekitar 99,64% pada saham. Sedangkan sisanya 0,36% diputar pada kas.
Mayoritas aset dasar diputar pada sektor keuangan sekitar 68,07%. Lalu, sekitar 24,89% ditempatkan pada saham sektor properti.
Adapun lima efek terbesar antara lain saham Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Mandiri (BMRI). Lalu, Bank Negara Indonesia (BBNI) serta Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Ernawan optimistis kinerja ETF dengan ticker XIIF ini akan mengalahkan IHSG. Penopangnya, terus membaiknya data makro ekonomi Indonesia dengan laju inflasi rendah serta ditopang oleh belanja pemerintah akan memberikan sentimen positif pada IHSG terutama pada sektor perbankan dan properti.
"Untuk itu, XIIF akan lebih mengonsentrasikan bobot saham di perbankan dan properti agar kinerjanya lebih baik dari tolok ukur," ujar dia.
Produk ini melakukan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 19 November 2014 lalu. Investor bisa bertransaksi di pasar primer melalui diler partisipan. Di sini, investor bisa membeli minimum satu unit kreasi atau basket yang setara dengan 100.000 unit penyertaan.
ETF juga ditransaksikan di pasar sekunder melalui sekuritas atau broker dengan minimal pembelian satu lot yang setara dengan 100 unit penyertaan.
Investor akan dikenakan biaya investment manager maksimum 3% per annum, biaya bank kustodian maksimum 0,20% per annum. Untuk subscription dan redemption fee dikenakan sesuai biaya broker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News