kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana saham semakin menawan


Senin, 04 April 2016 / 07:41 WIB
Reksadana saham semakin menawan


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Membaiknya bursa saham dalam negeri membawa angin positif bagi reksadana saham. Ini terlihat dari imbal hasil (return) sepanjang triwulan I-2016 reksadana saham yang menjadi tertinggi dibanding dengan jenis lain.

Mengacu data Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham mencapai 5,41%.
Vice President, Head of Investment Division BNI Asset Management Hanif Mantiq menjelaskan, pencapaian ini sejalan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat menanjak 5,49%.

Direktur Investasi PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menambahkan, penguatan rupiah juga menjadi amunisi. "Seasonality return reksadana saham selalu naik di kuartal I karena fund manager baru mulai konstruksi portofolio masing-masing," jelasnya.

Performa reksadana pendapatan tetap tak kalah kinclong, karena rata-rata imbal hasil mencapai 5,12%.

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto berpendapat, ada dua faktor yang menyokong kinerja reksadana berbasis obligasi.

Pertama, terjaganya inflasi dalam negeri. Kedua, pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) alias BI rate ke 6,75%.

Prospek cerah

Menurut Presiden Direktur PT RHB Asset Management Indonesia Rima Suhaimi, tren penurunan suku bunga perbankan juga mendorong permintaan terhadap obligasi. Terlebih keputusan The Fed mempertahankan suku bunga acuan di 0,25%-0,5% juga membantu.

"Hal ini mendorong penguatan harga obligasi, terutama harga Surat Utang Negara (SUN)," katanya.

Sepanjang 2016, Hanif menduga, reksadana saham mendulang return paling besar, sekitar 18%. Menyusul return reksadana campuran 12% - 15%, reksadana pendapatan tetap 12% - 15%, dan reksadana pasar uang 6% - 7%.

Alasannya, mayoritas pertumbuhan laba perusahaan domestik pada tahun 2016 yang lebih baik ketimbang performa tahun lalu.

Memang ada potensi tekanan eksternal, yakni rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed. Sebaliknya, Jemmy menerawang, jawara di 2016 adalah reksadana pendapatan tetap bakal dengan imbal hasil 12% - 15%, lalu reksadana saham 10% - 12%, dan reksadana campuran 8% - 10%.

"Biasanya pertumbuhan saham setelah kuartal II 2016 tidak terlalu bagus," ujarnya.

Rima berpendapat, hingga akhir tahun 2016, return reksadana pendapatan tetap berpeluang menanjak. Faktor pendorongnya, inflasi yang diprediksi tetap di level rendah 3% - 5%.

Jika terwujud, ada ruang bagi BI memangkas suku bunga dan berpotensi mengerek harga obligasi. "Namun, kenaikan harga obligasi akan lebih tipis. BI masih mungkin melakukan satu kali penurunan sebesar 25 basis poin," terang Rima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×