Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten sektor pertambangan anggota indeks Kompas100 tercatat memiliki return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) yang cukup tinggi.
Misalnya, melansir RTI, Senin (13/11), PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) mencatatkan ROE 74,12% dan ROA 37,16%. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan ROE 32,05% dan ROA 25,19%. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan ROE 26,2% dan ROA 14%.
Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan, ROA ini mencerminkan return terhadap aset perusahaan. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pengembalian dengan aset yang dimiliki.
“Sementara, ROE adalah return laba terhadap equity. Ini adalah pengembalian kepada pemilik perusahaan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/11).
ROA dan ROE emiten tambang saat ini relatif tinggi karena harga komoditas sedang tinggi pascapandemi Covid-19 dan Perang Rusia-Ukraina.
“Harga komoditas saat ini memang turun jika dibandingkan tahun lalu, tapi relatif masih tinggi,” kata Hans.
Baca Juga: Menguat Hari Ini, Begini Prediksi IHSG, Selasa (14/11), dan Saham Rekomendasi Analis
Di sisi lain, sektor konstruksi mengalami nasib yang berbeda. Sebagai contoh, PT Adhi Karya Tbk mencatatkan ROE 0,37% dan ROA 0,08%. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan ROE -33,94% dan ROA -5,22%.
Emiten sektor konstruksi, kata Hans, masih berkinerja bagus. Namun, mereka terbeban utang besar dan proyek yang besar akibat expansi pemerintah di infrastruktur.
“Jadi, emiten konstruksi perlu restrukturisasi untuk mengembalikan kinerja mereka,” ungkapnya.
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan, kenaikan ROA dan ROE sektor pertambangan ini sifatnya musiman karena dipengaruhi fluktuasi harga komoditas.
“Sehingga, sektor petambangan belum menarik, meskipun mencatatkan ROA dan ROE yang tinggi,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/11).
Baik Hans maupun Teguh belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten tambang di Kompas100.
“Harga komoditas, terutama batubara, masih fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Jadi, belum menarik untuk dikoleksi,” tutur Teguh.
Baca Juga: Saham grup Barito Mulai dari BRPT, TPIA, BREN Hingga CUAN Jadi Penggerak Bursa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News