Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu bergerak cukup lincah belakangan ini. Bahkan, seluruh saham emiten Grup Barito menjadi penggerak (top movers) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun.
Salah satunya yakni saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Meski baru melantai di BEI, namun BREN menjadi saham top movers bagi IHSG, dengan penguatan 579,5% sejak awal tahun. Penguatan yang signifikan membuat perdagangan saham BREN dihentikan sementara pada Jumat (10/11) kemarin.
Penguatan harga saham yang gila-gilaan ini membuat market caps BREN kian menggemuk. Per Senin (13/11), market caps BREN menyentuh angka Rp 709 triliun.
Angka ini membuat BREN menjadi emiten dengan market caps terbesar ketiga di BEI, menggeser tahta saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang kini berada di posisi keempat dengan market caps Rp 639 triliun.
BREN berada tepat di bawah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di posisi kedua dengan market caps Rp 754 triliun.
Baca Juga: Geser Low Tuck Kwong, Kini Konglomerat Prajogo Pangestu Jadi Orang Terkaya RI
Selain BREN, saham terafiliasi Prajogo Pangestu lainnya yang juga menguat gila-gilaan adalah PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Kenaikan saham CUAN yang signifikan juga membuat saham ini terkena suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai mulai sesi I perdagangan tanggal 10 November 2023 sampai dengan pengumuman bursa lebih lanjut.
Diikuti saham lainnya
Kenaikan saham BREN dan CUAN juga diikuti oleh saham emiten Grup Barito lainnya, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Saham TPIA misalnya, sempat menguat 8,44% ke level Rp 3.210 di awal perdagangan Jumat (10/11).
Asal tahu, ini merupakan level tertinggi sepanjang masa alias all time high saham TPIA sejak melantai di BEI pada Mei 2008. Saham TPIA pun menjadi emiten movers IHSG di urutan ke-8 dengan penguatan 16,7% sejak awal tahun.
Kemudian, saham BRPT yang menguat 55,6% sejak awal tahun juga masuk menjadi movers IHSG, berada di posisi ke-4.
Head Of Business Development FAC Sekuritas Kenji Putera Tjahaja menilai, kenaikan saham-saham grup Barito tidak terlepas dari respon positif dan antusiasme pasar terhadap emiten-emiten grup Barito yang terakhir melakukan IPO, misalkan BREN.
Kenji menilai, investor bisa melakukan wait and see terhadap saham BREN dan CUAN karena harganya yang sudah naik secara signifikan.
“Tetapi BRPT masih cukup menarik dengan uji resistance terdekat di area Rp 1.500,” terang Kenji kepada Kontan.co.id, Jumat (10/11).
Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi menilai, IPO saham BREN akan menjadi sentimen positif untuk BRPT. Didukung kapasitas operasionalnya yang besar, Yosua menilai BREN memiliki kinerja keuangan yang stabil dan saat ini telah memegang beberapa kontrak penjualan jangka panjang.
Dengan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar US$ 6 sen sampai US$ 7 sen per kWh (uap) dan US$ 9 sen sampai US$ 10 sen per kWh (listrik), Samuel Sekuritas memperkirakan BREN akan menghasilkan pendapatan sebesar US$ 643 juta pada 2024 yang berkontribusi terhadap 22,5% dari pendapatan BRPT.
BREN diperkirakan menghasilkan EBITDA sebesar US$ 503 juta yang akan menyumbang 68% dari total EBITDA BRPT pada 2024.
Faktor lain yang menyokong prospek BRPT adalah membaiknya kinerja segmen petrokimia, didukung melebarnya selisih (spread) harga jual polyolefins. Dalam jangka panjang, posisi TPIA sebagai market leader industri petrokimia Indonesia, serta perbaikan ekonomi global (terutama China) diproyeksikan akan terus mendukung kinerja TPIA ke depannya.
Baca Juga: Ini Rencana Penggunaan Dana Obligasi Barito Pacific (BRPT)
Sehingga, Yosua mempertahankan rekomendasi buy untuk saham BRPT dengan target harga Rp 1.590 per saham.
Senada, Kenji menilai bisnis BREN cukup menarik seiring issue energi baru terbarukan (EBT) yang sedang menjadi fokus perhatian baik di dalam dan luar negeri. ”Sehingga menjadi stimulus untuk investor ritel dan market domestik juga,” tutup Kenji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News