kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten farmasi masih punya sentimen positif di tahun 2021


Jumat, 07 Mei 2021 / 19:01 WIB
Emiten farmasi masih punya sentimen positif di tahun 2021
ILUSTRASI. Sejumlah emiten farmasi telah merilis laporan keuangan di tiga bulan pertama 2021.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten farmasi telah merilis laporan keuangan di tiga bulan pertama 2021. Keenam emiten itu adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Phapros Tbk (PEHA), PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI),  PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC). 

Berdasar penelusuran Kontan.co.id, sepanjang kuartal I 2021 hanya KLBF dan SIDO yang dapat mencatatkan pertumbuhan dari sisi top line maupun bottom line. KLBF mengantongi kenaikan pendapatan bersih  3,79% year on year (yoy) menjadi Rp 6,02 triliun. Sementara, pendapatan bersih SIDO terkerek 8,58% yoy menjadi Rp 793,42 miliar.

Dari sisi bottom line, SIDO mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi 16,20% yoy menjadi Rp 269,04 miliar. Adapun laba bersih KLBF bertumbuh 7,05% yoy  menjadi Rp 716,47 miliar. 

Kenaikan PEHA paling signifikan dibanding yang lain. PEHA berhasil membalikkan keadaan dari menanggung rugi Rp 13,84 miliar di kuartal I 2020, menjadi mencetak laba Rp 7,15 miliar di kuartal I 2021. 

Baca Juga: Dorong pemulihan ekonomi, pemerintah berikan insentif bagi 17 sektor usaha prioritas

TSPC sebenarnya juga membukukan peningkatan walau tidak signifikan yakni 1% yoy. TSPC mengantongi laba bersih Rp 286,93 miliar, dari sebelumnya Rp 284,09 miliar. 

Akan tetapi dilihat dari top line, kedua emiten itu mengalami penurunan pendapatan bersih. PEHA mengantongi pendapatan Rp 225,29 miliar atau melorot 1,78% yoy. Adapun pendapatan TSPC melorot 0,79% yoy menjadi Rp 2,74 triliun. 

Sementara dua emiten lainnya, KAEF dan SCPI, mencetak kinerja yang kurang memuaskan. Pendapatan dan laba bersih KAEF melorot masing-masing 4,25% yoy dan 33,90% yoy.  Pendapatan dan laba bersih SCPI turun lebih dalam, bahkan hingga dua digit, yakni 46,67% yoy dan 68,27% yoy. 

Baca Juga: AS setuju hak paten vaksin Covid-19 dilonggarkan

Mencermati kinerja emiten-emiten farmasi sepanjang tiga bulan pertama 2021, Analis Philip Sekuritas Helen berpendapat, capaian emiten farmasi di kuartal I 2021 ini tergantung pada komposisi pendapatan masing-masing emiten. 

"Untuk segmen obat resep misalnya, ada kecenderungan pelemahan dikarenakan sebagian masyarakat menghindari pergi ke rumah sakit karena mengkhawatirkan Covid-19," kata Helen kepada Kontan.co.id, Jumat (7/5). 

Kendati beberapa emiten membukukan kinerja yang kurang memuaskan, Helen melihat masih ada beberapa katalis yang akan mendorong kinerja emiten farmasi tahun ini. Salah satunya, ekspektasi konsumen yang meningkat.

Menurut pengamatan dia, permintaan konsumen saat ini tidak lagi sebatas obat farmasi, tetapi ke sektor kesehatan yang lebih luas. Misalnya, produk yang mencegah penyakit sebelum mengobati. Ia pun melihat adanya perubahan gaya hidup, sehingga ada permintaan dari produk-produk seperti vitamin, suplemen, makanan kesehatan, kecantikan. 

Baca Juga: Kinerja tumbuh di kuartal I-2021, cermati rekomendasi saham Sido Muncul (SIDO)

Selain itu, pertumbuhan kelas menengah akan mendorong permintaan terhadap akses layanan kesehatan yang berkualitas dan dapat diandalkan. Termasuk inovasi digital seperti layanan konsultasi melalui aplikasi dan penjualan produk melalui online. Adapun peningkatan penyakit tidak menular seperti kanker juga bisa menjadi pendorong kinerja emiten-emiten farmasi. 

Di antara emiten-emiten farmasi yang ada, Helen mencermati saham SIDO dan KLBF. Terhadap SIDO, Helen optimistis industri herbal di Indonesia memiliki prospek menarik mengingat populasi masyarakat berusia tua yang meningkat.

Di sisi lain, masyarakat berusia muda juga mulai menggunakan produk-produk herbal. Adapun pembeli suplemen makanan juga bertumbuh, ini tidak terlepas dari kesadaran konsumen untuk melakukan langkah preventif terhadap kesehatan. 

Baca Juga: Laba Kimia Farma (KAEF) anjlok 33,90% di kuartal I 2021

Sementara untuk KLBF, Helen memprediksi kinerjanya akan membaik seiring dengan pemulihan ekonomi dan program vaksinasi. Apalagi manajemen KLBF mengungkapkan, capex sebesar Rp 1 triliun yang akan digunakan untuk mengembangkan kapasitas produksi dan distribusi.

Di kuartal terakhir tahun ini, KLBF juga berencana memasarkan vaksin Covid-19 yang saat ini masih dalam tahap uji klinis. Asal tahu saja, KLBF membidik penjualan bersihnya bertumbuh 5% hingga 6%, begitu pula dengan laba bersihnya. 

Dia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.750 per saham untuk KLBF dan Rp 875 per saham untuk SIDO. 

Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengungkapkan, di antara saham-saham farmasi, dia mencermati KLBF. Ia merekomendasikan hold atau maintain buy saham tersebut dengan buy area Rp 1.495 hingga Rp 1.505. Adapun target harganya di Rp 1.555 per saham, Rp 1.695 per saham, Rp 1.840 per saham, dan Rp 1.980 per saham. 

Baca Juga: Phapros (PEHA) bukukan laba Rp 7,15 miliar pada kuartal I 2021

Nafan beranggapan, saham-saham farmasi sebenarnya masih memiliki peluang yang baik ke depan. Hal ini tidak terlepas dari program vaksinasi masal yang tengah berlangsung.

Di sisi lain Nafan melihat, emiten farmasi mendapat angin segar dari  peningkatan okupasi di rumah sakit dan pelayanan rumah sakit yang semakin progresif. Industri farmasi yang tergolong dalam sektor healthcare, menurutnya juga mendapat dampak positif dari lockdown. "Karena berobat ke luar negeri musti memenuhi berbagai macam persyaratan ketat," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (7/5). 

Baca Juga: Saham Kalbe Farma (KLBF) direkomendasikan beli, ini sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×