kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Emas dan Aset Kripto Melesat dalam Setahun Terakhir, Begini Prospeknya


Minggu, 19 Oktober 2025 / 15:28 WIB
Emas dan Aset Kripto Melesat dalam Setahun Terakhir, Begini Prospeknya
ILUSTRASI. Harga emas dan sejumlah aset kripto terpantau naik dalam satu tahun terakhir. Analis memperkirakan kenaikannya tidak berhenti sampai disini, Masih ada peluang untuk melanjutkan reli. REUTERS/Denis Balibouse


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas dan sejumlah aset kripto terpantau naik dalam satu tahun terakhir. Analis memperkirakan kenaikannya tidak berhenti sampai disini, Masih ada peluang untuk melanjutkan reli. 

Mengutip Trading Economics, harga emas spot di tutup pada level US$ 4.250 per troi ons pada akhir perdagangan Jumat (17/10/2025). Jika dilihat setahun terakhir, harganya sudah naik naik 56,19% dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi menyebut harga emas dalam satu tahun dipengaruhi oleh sentimen perang dagang. Sejak dilantik kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump sudah mulai mencetuskan perang dagang. Ia melihat neraca dagang yang selama ini defisit dapat dilawan dengan perang dagang. 

Selain itu perbedaan pendapat antara Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell soal penurunan suku bunga disebut juga memengaruhi kenaikan harga emas

“Permintaan emas juga tinggi dari bank sentral yang mencari logam mulia sebagai cadangan devisa,” kata Ibrahim saat dihubungi Kontan, Jumat (17/10/2025). 

Baca Juga: Perhatikan Strategi Investasi Emas Saat Harga Sedang Tinggi

Ibrahim menambahkan, sekitar 10 bulan lalu harga emas Antam masih di kisaran Rp 1.700.000 per gram. Namun saat ini sudah mencapai Rp 2.482.000 per gram. Ia memperkirakan koreksi harga bisa terjadi dalam jangka pendek, dan bisa kembali menguat. 

Kata dia, saat ini harga emas juga dipengaruhi sikap Trump yang mengancam akan mengenakan bea impor produk China hingga 100% mulai 1 November nanti. China pun langsung mambalas dengan mengancam menaikkan tarif pelabuhan bagi kapal AS. 

Ibrahim menyarankan investor bisa membeli emas dan menjadikannya sebagai aset jangka panjang. Sebab harga emas diprediksi akan terus meningkat yang dipengaruhi sentimen global. 

“Saya melihat ada peluang harga emas Antam bisa naik ke Rp 3 juta per gram sangat mungkin tercapai bulan ini,” kata Ibrahim. 

Tidak hanya emas, dalam satu tahun terakhir, aset kripto utama seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL) menunjukkan kinerja yang impresif di tengah dinamika pasar global.

Berdasarkan data CoinMarketCap, pada akhir perdagangan Jumat (17/10/2025), harga Bitcoin juga telah naik sekitar 56,35% secara yoy dari US$ 69.002 menjadi US$ 106.892.  Kemudian Ethereum meningkat 47,11% dari US$ 2.648 ke US$ 3.887, dan Solana tumbuh 20,22% dari US$ 159 menjadi US$ 185. 

“Lonjakan harga ini menandakan kebangkitan sentimen positif terhadap pasar kripto setelah fase konsolidasi panjang pada 2022–2023,” ujar Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur kepada Kontan, Minggu (19/10/2025). 

Fyqieh mengatakan, salah satu pendorong utama pertumbuhan ini adalah masuknya arus dana besar ke produk ETF kripto, terutama ETF Bitcoin spot yang disetujui di berbagai yurisdiksi. Selama 2025, produk ETF global mencatatkan inflow hampir US$ 6 miliar, dengan Bitcoin menyumbang sekitar US$ 3,5 miliar, disusul oleh Ethereum dan Solana. 

Lonjakan ini menunjukkan peningkatan kepercayaan investor institusional terhadap kripto sebagai aset yang sah, terukur, dan kini memiliki akses investasi yang lebih mudah melalui instrumen reguler seperti ETF.

Selain faktor ETF, kondisi makroekonomi global juga memberikan dorongan kuat terhadap kenaikan harga aset digital. Ekspektasi penurunan suku bunga acuan di beberapa negara maju, termasuk Amerika Serikat, membuat investor kembali melirik aset berisiko seperti kripto. 

“Dalam konteks inflasi yang masih tinggi dan pelemahan dolar AS, sebagian besar investor memposisikan Bitcoin sebagai alternatif penyimpan nilai (store of value), mirip dengan emas digital,” terang Fyqieh. 

Baca Juga: Bitcoin Butuh Pemicu Baru untuk Hindari Koreksi Lebih Dalam

Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku mengatakan, secara historis, kinerja Bitcoin cukup berkorelasi dengan ketersediaan likuiditas global. Saat suku bunga menurun tanpa ekspansi neraca The Fed, harga Bitcoin cenderung tertahan karena arus dolar ke pasar aset berisiko belum mengalir, terlepas dari kondisi keseluruhan yang masih bullish

Di tengah tekanan ini, The Fed bisa kembali melonggarkan kebijakan jika tekanan pendanaan makin berat. 

“Jika langkah itu benar terjadi, Bitcoin berpotensi rebound ke kisaran US$ 120.000 – US$ 130.000 di sisa tahun ini, selama data inflasi dan kondisi sistem keuangan mendukung,” ujar Fahmi, Jumat (17/10/2025). 

Fahmi menambahkan, investor jangka panjang dapat memanfaatkan momentum pelemahan yang ada untuk mengakumulasi aset kripto dengan fundamental kuat atau crypto blue chip seperti Bitcoin dan Ethereum. Investor bisa mengoptimalkan Dollar Cost Averaging (DCA).

“Strategi DCA ini juga masih relevan untuk dijalankan khususnya mengingat potensi terciptanya level harga tertinggi baru bagi Bitcoin dan Ethereum masih cukup terbuka jika pelonggaran moneter AS terjadi,” tutupnya.

Selanjutnya: INPP Genap 23 Tahun, Fokus Perkuat Recurring Income & Targetkan Tumbuh Double Digit

Menarik Dibaca: Trans Segara City Beroperasi, Mobilitas dari Bekasi ke Stasiun Senen Lebih Praktis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×